Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Asal usul Desa Rengel selama ini dikaitkan dengan kisah dibalik munculnya sumber mata air Goa Ngerong. Konon di suatu tempat terjadi kelangkaan air. Hingga terdapat seorang perempuan hendak bersalin yang kesulitan menemukan sumber air. Dewi Laras, kala itu ia sedang hamil tua dan krengkelan (kesulitan: yang kemudian disebut Rengel) mencari air.
Adalah Ki Kumbang Jaya Kusuma dan Ki Jala Ijo yang menolong Dewi Laras. Ketika itu mereka (Ki Kumbang Jaya Kusuma dan Jala Ijo) bertapa di depan mulut goa, dengan seizin Allah terkabullah hajat yang dikehendaki. Dengan Menancapkan tongkat dari dalam goa, hingga keluarlah air, ikan kura-kura dan kelelawar, yang hingga kini dipercayai sebagai makhluk keramat.
Dari keterangan juru kunci Goa Ngerong, Mustamin (49), tidak ada seorangpun yang boleh mengganggu keberadaan makhluk penghuni Goa Ngerong tersebut. “Tidak boleh diambil atau dibawa pulang, kalau tidak bisa membawa petaka. Dari mendatangkan penyakit hingga kematian.” kata Mbah Samin, sapaan akrab Mustamin.
Mitos akan Goa Ngerong sampai saat ini masih dipercayai masyarakat sekitar. Menurut penuturan penjual di area wisata Goa Ngerong dan merupakan warga Desa Rengel, Sukirah, setiap kali ada pengunjung yang bukan dari warga sekitar selalu ia peringatkan. “Boleh melihat tetapi jangan sampai melempari ikan ataupun mengganggu dalam bentuk apapun itu.” Kata Sukirah.
Ada hari-hari tertentu kecuali hari libur, goa yang memiliki panjang sekitar 30 km ini banyak didatangi pengunjung. Pada hari Jum’at Pahing dalam kalender orang Jawa, orang-orang yang pernah dikabulkan hajatnya yang pernah datang di Goa Ngerong. Dari pukul 06.00 WIBi hingga tengah malam, pengunjung datang silih berganti. Mereka datang dengan tujuan memanjatkan do’a atas hajat yang telah terkabul.
Selain itu, pada Ahad Kliwon di Bulan Besar sesuai penanggalan Jawa, yang diperingati sebagai hari jadi para sesepuh. Digelar pentas wayang semalam suntuk yang bertempat di pendopo Goa Ngerong. Ritual dilakukan dengan menyajikan tumpeng, panggang ayam dan kambing yang dibawa oleh masyarakat. [dwi/ito]