Dahulu Sebagai Media Pertemuan Syiar Islam

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Sedekah bumi atau kegiatan bersyukur atas limpahan berkah kerap diidentikkan dengan animisme yaitu ritual ditujukan pada roh dan hal mistis yang memiliki kekuatan di luar kemampuan manusia. Namun, di Desa Kembangbilo, Kecamatan/ Kabupaten Tuban alih-alih memohon keselamatan pada suatu tempat yang dikeramatkan, dulunya justru merupakan media syiar Islam di desa setempat.

Kaur Keagamaan Desa Kembangbilo, Munir mengatakan, pada era Mbah Bejagung atau sekitar tahun 1300an Masehi dulunya terdapat salah seorang yang merupakan tokoh masyarakat setempat mulai menyebarkan ajaran agama Islam. Ketika dulu warga setempat belum juga mengenal apa itu Islam mencari sebuah formula mengumpulkan orang-orang untuk menyebarkan ajaran tersebut.

"Dia (tokoh masyarakat tersebut, red) kalau tidak salah berasal dari Bojonegoro yang kami sebut Mbah Khilil," kata Munir kepada blokTuban.com.

Lantas, di sebuah tanah lapang dia mencoba mengumpulkan warga dengan mengadakan sebuah pertemuan. Setiap kali datang mereka ini membawa makanan. Kelak, kegiatan tersebut dilakukan turun-temurun hingga sekarang dan disebut sedekah bumi atau 'manganan' oleh penduduk lokal setempat.

"Akhirnya masyarakat sekarang mengikuti tradisi nenek moyang," tambahnya.

Satu kali dalam setahun, selepas masa panen menjadi waktu yang tepat untuk melaksanakan sedekah bumi. Bertempat di makam desa setempat, setiap warga membawa makanan dan jajanan tradisional dan berkumpul di satu titik.

Pada makam yang terletak di tengah desa tersebut, terdapat makam Mbah Buyut, begitu mereka menyebut. Selain itu terdapat makam-makam lainnya yang memang merupakan Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat. Di bawah pohon besar yang menjulang tinggi terdapat area cukup luas untuk penduduk berkumpul.

Sudah berabad-abad lebih tradisi sedekah bumi masih berkembang di tengah masyarakat. Setelah Islam menjadi agama mayoritas di Tuban, kegiatan berkumpul di satu tempat masih dilestarikan. Bahkan, selama kegiatan inti mereka melantunkan bacaan doa sesuai ajaran Islam.

"Sedekah bumi hingga kini masih berjalan sesuai kehendak masyarakat​, kami sebagai perangkat desa mendukung dan mengkordinir yang penting tidak melanggar ajaran agama," kata Munir yang juga menjabat sebagai Kesra Desa setempat. [dwi/col]