Ngaji Budaya, Media Dakwah Lesbumi NU di Era Globalisasi

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - 'Membumikan seni tradisi di Bumi Wali,' itulah tema yang diambil Lesbumi NU Tuban dalam Ngaji Budaya untuk menyemarakkan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-94 di tahun 2017 ini. Sebagai lembaga seni binaan NU Tuban, menurut penyelenggara, mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai wadah berkreasi seniman muslim.

"Tujuannya dari Ngaji Budaya ini, selain berkreasi, gunanya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi seniman dan budayawan tradisi Tuban. Tentunya, yang berafiliasi pada nilai luhur seni budaya islami," ujar ketua penyelenggara, Alkarnoto dalam keterangan tertulisnya.

Menurut dia, agar dakwah bisa diterima masyarakat luas, maka Ngaji Budaya ini dikemas dengan pentas seni dan budaya yang dipadukan antara kegiatan religius, sosial kemasyarakatan, dan hiburan. Sebab, Ia menilai kesenian tradisi juga sebagai media silaturahmi Lesbumi NU dengan masyarakat.

"Diharapkan kegiatan positif ini dapat menumbuhkembangkan minat dan semangat seniman tradisi untuk berkreasi," tandasnya.

Sementara ketua Lesbumin NU Tuban, Moh Zainuddin menjelaskan, dengan adanya pentas seni tradisional dengan Ngaji Budaya yang dihelat di pelataran kantor NU Tuban itu, bisa memberi edukasi sekaligus hiburan kepada masyarakat Tuban.

Selain itu, kegiatan tersebut juga sebagai upaya napak tilas kegiatan penyebaran nilai-nilai agama yang rohmatan lil alamin, yang dilakukan para Wali Songo ketika membumikan Islam di Nusantara.

"Ngaji harus elegan dan tidak harus kaku, sebab masyarakat kita sangat tinggi antusiasnya jika ada hiburan. Untuk itu kita terapkan Ngaji Budaya, seperti yang pernah dilakukan Sunan Bonang berdakwah dengan seni di Tuban," terangnya.

Di kesempatan yang sama, Pengurus Cabang NU Tuban, Kasduri, mengapresiasi kinerja Lesbumi NU di tengah gencarnya Islam Trans Nasional. Ia berharap lahirnya Lesbumi NU di Tuban sebagai lembaga organisasi masyarakat (ormas) Islam di Indonesia, bisa mencerahkan dan menjadi penangkal perpecahan bangsa.

"Jika ditengok dari sejarah, Lesbumi NU lahir di saat ada kekuatan yang akan menghancurkan kedaulatan Republik Indonesia dari dalam. Dan semoga ruh itu tetap ada di tubuh Lesbumi NU dalam menampik isu pemecahbelah bangsa yang marak saat ini," tutur Kasduri.

Pihaknya juga menaruh harapan, agar secepatnya Lesbumi NU menginventarisir seni yang ada di Bumi Wali. Tujuannya untuk dijadikan kekayaan lokal. Jika perlu, setiap tahun untuk difestivalkan di pusat agar bisa dikenal dan dibanggakan warga.

Hal senada juga disampaikan Pengurus Pusat Lesbumi NU sekaligus pembicara Ngaji Budaya, KH. Agus Sunyoto. Menurut dia, Negara yang tidak memiliki budaya akan mudah dihancurkan. Sebab, akan mudah tergerus bersamaan arus globalisasi.

"Contohnya sudah banyak negara Islam mudah dihancurkan, karena tidak memiliki budaya yang khas," tutur penulis buku Atlas Wali Songo itu.

Beliau menandaskan, sudah lama Gus Dur berpesan agar masyarakat Indonesia untuk mempribumikan agama. Sebab, menurut beberapa penelitian, negara itu akan sulit dihancurkan jika masyarakat tidak terpengaaruh globalisasi.

"Bangsa yang tidak punya budaya akan mudah dihancurkan. Bahkan sejak lama Gus Dur menyerukan untuk mempribumikan agama, agar tidak mudah tergerus globalisasi. Untuk itu, Lesbumi punya tanggung jawab besar mengembalikan budaya yang semakin tergerus," pungkasnya menandaskan. [rof/rom]