Kali Kening, Ladang Subur Bagi Warga Bantaran Sungai

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Sekujur badan Santo (19) tak ada yang kering. Keringat bercampur air sungai yang keruh, bertetesan mengiringi langkahnya memikul beban butiran pasir di atas pundaknya.

Tanjakan terjal dari bibir sungai menuju jalan raya ia daki demi sesuap nasi. Napasnya terdengar tersengal tanda tubuhnya mulai lelah.

"Tadi pagi sejak pukul 06.00 sudah menyelam, kini tinggal melangsir ke atas jalan raya," kisah Santo, sembari mengusap keringat di dahinya di bawah terik matahari.

Berjalan membungkuk, memikul dua tong berisi pasir, ia lakukan setiap hari. Langkahnya pun kerap tergontai-gontai karena jalan yang cukup licin.

Santo, asal Dusun Bugel, Desa Sidohasri, Kecamatan Kenduruan, Tuban, satu di antara puluhan bahkan ratusan warga di bantaran Kali Kening yang menggantungkan hidupnya dengan menambang pasir putih secara tradisional,

Menurut dia, penduduk bantaran Kali Kening di daerahnya yang tidak memiliki pekerjaan tetap maupun yang tak memiliki sawah, menjadikan Kali Kening sebagai ladang yang subur pemenuh hajat hidup. Mereka mayoritas, orang yang memiliki jiwa kuat didukung fisik yang sehat, karena pekerjaan ini menguras banyak tenaga.

Berbekal alat dari bambu dan dua tong plastik, mereka banting tulang untuk mendapat pundi-pundi rupiah. Kadang kala tak menghiraukan keselaamatan dirinya, yang sesekali terancam dengan derasnya arus air sungai.

Cara ia bekerja, harus bergerak cepat, kuat menahan napas dalam air, mengandalkan otot, dan insting yang kuat menemukan pasir kualitas unggul. Bagi mereka, basah kuyup berlumuran pasir dan lumpur sudah biasa, bahkan diterjang derasnya arus air sungai tak menyurutkan semangat mereka.

"Menyelami sungai sedalam satu-hingga dua meter dan bertahan di dalam air untuk mendapat pasir kualitas bagus, sudah biasa saya lakukan," tandasnya.

Diungkapkan remaja yang hanya mengennyam bangku Sekolah Dasar itu, untuk menghasilkan satu pick up pasir, ia harus mengangkat 40 pikul pasir dari bibir sungai ke pinggir jalan Jatirogo - Blora. Sebab, lapak yang ia pakai untuk menjual pasir hasil tambangnya, ya trotoar itu.

Setiap kali menuangkan pasir dari tong, doa terpanjatkan berharap keberuntungan menghampirinya. Musim bangunan, menjadi berkah sendiri, karena banyak yang membutuhkan untuk bahan bangunan.

"Lapak saya ya bahu jalan menuju Blora ini. Dari sinilah, berharap pengguna jalan melirik dan membeli pasir saya," tukasnya.[rof/col]