Perajin Tungku Tak Terpngaruh Minimnya Pengguna

Reporter: Khoirul Huda

blokTuban.com - Meskipun pengguna alat untuk memasak tradisional yaitu pawon atau tungku yang terbuat dari tanah liat semakin berkurang, namun para perajin tungku di Dusun Ledokasri, Desa Grabagan, Kabupaten Tuban masih terus mempertahankan kerajinan tersebut.

Hal itu dikarenakan selain sebagai mata pencaharian sehari-hari adalah sebagai petani, warga dusun tersebut juga menjadikan kerajinan tungku sebagai penghasilan tambahan di dalam keluarga.

Salah satu perajin Tungku di Dusun Ledokasri, Lumaji (50) mengatakan, karena proses pembuatanya yang rumit, dalam sehari saat tidak pergi ke ladang, bersama istri hanya bisa membuat lima buah tungku saja.

"Prosesnya rumit, selain itu juga membutuhkan kesabaran agar bentuknya bisa bagus," ujar Lumaji kepada blokTuban.com, Minggu (1/5/2016).

Perajin lain Ngapilah (45) menambahkan, untuk musim penghujan seperti ini dalam sehari hanya membuat dua sampai tiga buah tungku, karena harus membagi waktu antara bertani dan membuat tungku.

Untuk pemasaran sendiri tungku-tungku yang telah kering ini diambil orang dari Kecamatan Merakurak, dan Semanding, Menurut para perajin, saat bulan-bulan seperti ini laju penjualan tungku produksi mereka meningkat.

"Hal ini dikarenakan bulan Rajab banyak orang yang akan melakukan hajatan seperti pernikahan maupun sunatan. Sehingga kebutuhan tungku lumayan banyak," tambah Ngapilah.

Karena masih tradisional penggunaan tungku ini harus dengan kayu bakar dan untuk satu buah tungku yang berukuran besar terdiri dari dua lubang diatas dijual dengan harga Rp40.000.[hud/col]