
blokTuban.com - Fosil Manusia Jawa atau Homo erectus adalah salah satu penemuan paleoantropologi paling penting di dunia. Penemuan ini menegaskan posisi Asia, khususnya Indonesia, sebagai salah satu pusat sejarah evolusi manusia.
Dari “Manusia Kera yang Berjalan Tegak” ke Homo erectus
Fosil yang pertama kali ditemukan oleh Eugène Dubois pada 1891 di Trinil, Jawa Timur, awalnya diberi nama Pithecanthropus erectus, yang berarti “Manusia Kera yang Berjalan Tegak”. Nama ini kemudian direvisi menjadi Homo erectus, setelah fosil ini diklasifikasikan ke dalam genus Homo yang sama dengan manusia modern.
Diperkirakan fosil ini hidup antara 1,9 juta hingga 150 ribu tahun yang lalu. Khusus di wilayah Sangiran, beberapa fosil bahkan diperkirakan berusia antara 1,5 hingga 1,8 juta tahun. Kapasitas otak Homo erectus ini rata-rata sekitar 900 cc, lebih besar dari kera namun lebih kecil dibandingkan manusia modern
yang berkisar 1350 cc.
Penemuan yang Mengubah Pandangan Dunia
Marie Eugène François Thomas Dubois, seorang ahli anatomi dan geologi militer Belanda, menemukan fosil ini di tepi Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Temuan utamanya berupa potongan tempurung tengkorak, tulang paha, dan gigi geraham.
Tulang paha yang ditemukan menjadi bukti kuat bahwa makhluk ini sudah mampu berjalan tegak (bipedal), sebuah ciri khas manusia modern. Namun, penemuan ini sempat menjadi kontroversi hebat di kalangan ilmuwan Eropa kala itu. Dubois pun menarik materinya dari pemeriksaan hingga tahun 1923, karena dianggap
sebagai “mata rantai yang hilang” antara kera dan manusia.
Signifikansi Fosil Manusia Jawa di Dunia
Penemuan ini menjadi tonggak sejarah, mengubah pandangan ilmiah yang selama ini berpusat di Eropa dan Afrika. Fosil Manusia Jawa membuktikan bahwa migrasi Homo erectus juga sampai ke Asia jauh lebih awal. Ini menegaskan Indonesia sebagai salah satu pusat penting dalam evolusi manusia.
Selain itu, fosil ini menjadi bukti awal manusia purba sudah berjalan tegak jauh sebelum evolusi otak besar terjadi. Hal ini membuka banyak kajian baru dalam bidang antropologi dan sejarah manusia.
Rencana Pemulangan Fosil ke Tanah Air
Setelah lebih dari satu abad tersimpan di Belanda, kini ada rencana pemulangan fosil dan koleksi Dubois lainnya ke Indonesia. Rencana ini semakin menguat setelah kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Belanda, yang membuka pintu diskusi tentang pengembalian artefak bersejarah milik Indonesia.
Pengembalian koleksi ini dianggap sebagai simbol pemulihan kedaulatan budaya dan martabat bangsa. Fosil dan artefak yang dipulangkan akan ditempatkan di Museum Nasional Jakarta, yang diharapkan menjadi pusat studi paleoantropologi dunia. Ini menjadikan Indonesia bukan hanya lokasi penemuan, tapi juga pusat pengembangan pengetahuan.
Pengembalian koleksi ini juga didukung oleh Komite Koleksi Kolonial independen Belanda, yang mengakui bahwa sebagian besar koleksi tersebut kemungkinan besar diambil tanpa persetujuan masyarakat lokal saat masa kolonial.
Dengan kembali ke tanah air, fosil Manusia Jawa ini tidak hanya menyambung sejarah yang terputus, tetapi juga menguatkan posisi Indonesia dalam peta ilmu pengetahuan dunia tentang asal-usul manusia.