blokTuban.com - Kabupaten Tuban, sebuah daerah di pesisir utara Jawa Timur, tidak hanya dikenal karena keindahan alam dan budayanya, tetapi juga karena sejumlah julukan atau sebutan yang melekat erat dengan identitas dan sejarahnya. Julukan-julukan ini menggambarkan keragaman sejarah, budaya, dan peran Tuban dalam perjalanan bangsa Indonesia.
Berikut rangkuman sebutan-sebutan penting yang pernah disandang Tuban, yang sebagian besar bersumber dari bloktuban.com dan beberapa referensi pelengkap.
Kota Wali atau Bumi Wali
Tuban dikenal sebagai Kota Wali atau Bumi Wali, sebuah julukan yang merujuk pada peran penting Tuban sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa. Kota ini menjadi tempat peristirahatan Sunan Bonang, salah satu Wali Songo yang sangat berpengaruh dalam dakwah Islam di tanah Jawa. Selain itu juga ditemukan banyak makam para waliyullah di sudut-sudut wilayahnya dan masih bisa ditemukan jejaknya sampai sekarang.
Menurut situs sejarah dan budaya lokal, julukan ini bukan hanya simbol religius, tetapi juga mencerminkan identitas masyarakat Tuban yang kental dengan nilai-nilai keagamaan dan tradisi Islam yang kuat. Julukan "Bumi Wali" menguatkan posisi Tuban sebagai kota spiritual yang penting di Jawa Timur.
Kota Seribu Goa
Tuban juga disebut sebagai Kota Seribu Goa karena keberadaan ratusan gua alami yang tersebar di wilayah pegunungan kapur di utara kabupaten ini. Gua-gua seperti Goa Akbar, Goa Suci, Goa Srunggo, dan banyak nama goa lain memiliki nilai historis dan budaya, selain menjadi objek wisata alam yang menarik.
Goa-goa tersebut dipercaya menyimpan sejarah masa lampau, bahkan beberapa goa diyakini menjadi tempat pertapaan dan perlindungan para wali dan tokoh zaman dahulu. Selain itu, goa-goa ini juga menjadi bagian dari kekayaan geologi yang khas di Tuban.
Kota Koes Plus
Julukan ini merujuk pada grup musik legendaris Koes Plus, yang berasal dari Tuban. Koes Plus menjadi pelopor musik pop dan rock Indonesia dan berperan penting dalam perkembangan musik Indonesia pada era 1960-an hingga 1990-an.
Sejarah musik Tuban yang kaya ini membuat daerah ini dijuluki sebagai Kota Koes Plus, sebagai penghormatan terhadap kontribusi musisi-musisi Tuban yang telah mengharumkan nama Indonesia di dunia musik.
Kota Ronggolawe
Kota Ronggolawe adalah julukan yang diambil dari nama pahlawan dan tokoh sejarah Tuban, Ronggolawe, seorang pemimpin militer Majapahit yang dikenal keberaniannya melawan penguasa yang tidak adil. Ronggolawe adalah simbol semangat keberanian dan perjuangan bagi masyarakat Tuban.
Sumber sejarah dari literatur dan cerita rakyat memperkuat julukan ini sebagai identitas yang membangkitkan semangat kepahlawanan lokal.
Kota Tua
Tuban dijuluki sebagai Kota Tua karena merupakan salah satu kota tertua di Jawa Timur yang sudah lama menjadi pelabuhan penting dan pusat perdagangan sejak zaman Majapahit dan bahkan sebelum itu.
Banyak situs peninggalan sejarah, termasuk bangunan kuno dan artefak, menunjukkan masa kejayaan Tuban sebagai kota pelabuhan yang ramai dan strategis. Julukan ini menggarisbawahi peran historis Tuban dalam jalur perdagangan dan peradaban Jawa.
Kota Tuak
Julukan Kota Tuak berasal dari tradisi masyarakat Tuban yang sudah lama dikenal dengan produksi dan konsumsi minuman fermentasi lokal yang disebut tuak. Minuman ini merupakan bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi salah satu ciri budaya masyarakat Tuban.
Selain sebagai minuman tradisional, tuak juga berperan dalam berbagai ritual dan tradisi sosial di Tuban, sehingga julukan ini menjadi bagian unik dari identitas budaya daerah.
Kesimpulan
Kabupaten Tuban memiliki identitas yang kaya dan beragam, yang tergambar jelas dari berbagai julukan yang melekat padanya. Mulai dari Kota Wali yang religius, Kota Seribu Goa yang penuh misteri dan keindahan alam, hingga julukan budaya seperti Kota Koes Plus dan Kota Tuak.
Setiap julukan ini menceritakan sisi berbeda dari Tuban, baik sejarah, budaya, maupun sosialnya. Dengan julukan-julukan tersebut, Tuban menunjukkan dirinya sebagai daerah yang penuh sejarah, tradisi, dan kekayaan budaya yang layak untuk terus dilestarikan dan dikenang.(dy)