Balita di Tuban Dipulangkan dari IGD RSUD Koesma, Kondisi Makin Parah Karena Salah Diagnosa

Reporter : Ali Imron 

blokTuban.com - Nasib tragis dialami balita berusia 9 bulan bernama Rasyid. Anak pasangan Sutrisno (33) dan Intan (33) ini niat hati ingin berobat ke RSUD Dr. R. Koesma Tuban tapi dipulangkan oleh dokter jaga Intalansi Gawat Darurat (IGD) karena dianggap penyakitnya bisa dirawat jalan. 

Kejadian ini terjadi pada Jumat (25/4/2025) malam sekitar pukul 19.00 Wib, Rasyid di bawa orang tuanya ke IGD karena kondisi badan melepuh dibagian pantat dan muka lebam. 

Rasyid dicek suhu tubuhnya dengan 37 derajat Celcius. Dan saat dicek kondisi badannya ditemukan ada bagian badan yang melepuh. Setelah itu, pasien hendak diberi antibiotik dan ibu si anak menanyakan kepada perawat/dokter jaga hendak disuntik lewat infus atau langsung ke kulit. 

Mendapat jawaban disuntik langsung ke kulit, si ibu Rasyid menolak karena kasihan. Pihak keluarga maunya disuntik lewat infus. Akhirnya antibiotik tidak jadi diberikan ke pasien, dan berdasarkan hasil diagnosa dokter jaga IGD pasien boleh pulang dengan resep dokter karena alergi biasa. 

"Saya belum sempat daftar rawat inap. Kurang dari satu jam, anak saya dipulangkan dengan kondisi badan sudah melepuh. Padahal kami ingin rawat inap karena saat dirumah kondisi anak sudah ruam merah bagi ketiak, dan punggung. Sempat juga kejang dan gemetar, tapi dianggap oleh dokter jaga bisa dirawat jalan karena alergi biasa," Ujar Sutrisno kepada blokTuban.com, Selasa (29/4/2025). 

Tris menambahkan, setelah dipulangkan dari IGD RSUD Koesma pasien kemudian diberi obat berdasarkan resep dokter dan kondisinya semakin parah dengan kondisi kulit seperti luka bakar 80 persen. 

Tak tega melihat buah harinya, keesokan harinya pada Sabtu (26/4/2025) sekitar pukul 06.00 Wib Rasyid dibawa ke RS Medika Mulia Tuban. 

Hasilnya, pihak RS Medika menanyakan sejak kapan kejadiannya dan kondisi anak seperti ini. Diagnosa dengan cepat dilakukan. Hasilnya pasien mengalami panas dalam yang memicu kulit luar melepuh dan ruam merah. 

"Pihak RS Medika lalu mengambil sampel darah Rasyid dan hasilnya ada infeksi," imbuh pria yang saat ini menjabat anggota komisioner Bawaslu Kab. Tuban. 

Orang tua Rasyid awalnya menduga anaknya terkena Impetigo. Penyakit ini sejenis infeksi kulit yang menular, terutama menyerang anak-anak, ditandai dengan luka merah dan lepuhan berisi cairan yang kemudian membentuk kerak kuning atau cokelat. 

Hasil penelusuran di internet menyebutkan, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes. Impetigo biasanya muncul di wajah, terutama di sekitar hidung dan mulut, tetapi juga bisa di tangan, kaki, dan area popok.

Tapi, hasil diagnosa awal Rasyid terkena Sindrom Stevens-Johnson dan nekrosis epidermal toksik (SJS/TEN). Pasien yang terkena penyakit ini kondisi kulitnya mengelupas yang sangat serius yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan atau suatu penyakit.

"Setelah saya lihat di internet, jika terlambat penanganannya penyakit SJS ini bisa mengancam nyawa anak," jelasnya. 

Atas kejadian ini, Tris berharap tidak terulang kasus serupa ke anak lain di Kabupaten Tuban. Untuk dokter jaga IGD dalam mendiagnosa agar lebih hati-hati dan teliti, jangan asal diagnosa kemudian disuruh pulang. 

"Kami tidak mempersoalkan tindakan dokter, karena ini adalah kecelakaan. Semoga tidak anak lain yang senasib dengan Rasyid," harapnya. 

Kini, Rasyid sudah dirawat di RS Medika selama 4 hari. Ada tiga dokter yang menanganinya, yakni dokter spesialis anak, spesialis kulit dan dokter mata. Dokter mata turun tangan untuk memastikan bahwa luka di bagian mata pasien tidak menganggu penglihatan. 

Terpisah, Direktur RSUD dr. R. Koesma Tuban, Dr. H. Moh. Masyhudi mengatakan, bahwa tindakan dokter jaga benar sesuai hasil diagnosa awal. Pemberian resep obat jalan diharapkan pasien bisa kontrol kembali ke RSUD jika ada belum ada perubahan. 

"Saya juga betulkan pasien di bawa ke RS Medika karena orang tua juga ingin anaknya cepat sembuh. Untuk pemulangan pasien, karena menurut dokter jaga bisa dengan obat jalan," terang Direktur Masyhudi ketika dikonfirmasi di ruangannya. 

Soal pemberian antibiotik ke anak, Direktur menyebut bahwa jika orang tidak menolak untuk disuntik mungkin reaksi pada anak akan berbeda. Waktu itu, orang tuanya mungkin kasihan pada anaknya dan ingin antobiotik diberikan lewat infus. Akan tetapi, menurut dokter jaga pasien cukup dengan obat jalan. 

Terlepas dari apa yang telah terjadi, pihak RSUD telah memanggil dokter jaga yang bertugas menangani pasien anak Rasyid dan akan mengevaluasi pelayanan agar lebih baik. Dokter Masyhudi menilai bahwa SJS ini penyakit langka atau jarang terjadi. 

"SJS ini jarang terjadi dan penanganannya butuh banyak disiplin ilmu. Saya pribadi mengapresiasi pelayanan cepat dari RS Medika," ujarnya. 

Direktur RSUD juga telah menekankan kepada dokter jaga di IGD untuk tidak menyepelekan apa yang nampak dari pasien. Sebaliknya, feeling sebagai dokter harus dijalankan. 

 

[Al/Rof]