Jaga Etika Jurnalistik, RPS Tuban Buka Diri untuk Kritik dan Masukan

Reporter : Ali Imron 

blokTuban.com - Para jurnalis yang tergabung dalam Ronggolawe Press Solidarity (RPS) Tuban menggelar dialog interakif dan tumpengan pada Senin (10/2/2025). Tujuannya adalah untuk mendapat kritik dan masukan dari masyarakat. 

Dialog Interaktif atau Radio Show yang digelar di LPPL Pradya Suara, Radio Pradya Suara 94,6 FM itu digelar untuk memperingati Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2025 dengan topik ‘Fenomena Literasi dan Kebiasaan Mencari Informasi di Era Figital’. 

Dialog menghadirkan dua narasumber yakni Yunita Suryani, M.Pd Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unirow Tuban dan Ahmad Athoillah Redaktur Radar Tuban. Acara ini disiarkan secara langsung.

Athoillah mengatakan, literasi bukan sekadar membaca dan menulis, namun memberikan pemahaman dan mementuk masyarakat bisa mmbaca dengan berbagai sudut pandang dan multiperspektif atas segala persoalan.

‘’Sekarang para pemuda kehilangan ini,’’ ujarnya.

Sementara pers dan literasi menurut Atok adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Peran pers bukan hanya menulis berita, tapi juga memberikan edukasi.

‘’Maka pers idealnya juga harus harus masuk ke pendidikan karena untuk memberikam edukasi dan literasi,’’ katanya.

Masyarakat, kata dia, saat ini juga tidak bisa membedakan media masa dan sosial. Menurutnya ini sangat bahaya. Sebab, media masa dan media sosial adalah dual hal yang berbeda. Media masa berbadan hukum dengan tanggungjawab sesuai aturan atau regulasi yang dimuat dalam UU. Sedangkan media sosial tak butuh itu.

Banyak kasus medias sosial asal comot ayau share-share dan mengambil bahan dari media masa. Misal berita yang diambil dari masa itu salah, dan media sosial sudah menyebarkannya, maka bisa kena pidana.

‘’Sementara media masa tidak pidana, karena ada mekanisme hukum sendiri. Ini yang harus dipahami dan dimengerti. Hal itu banyak terjadi karena literasi yang sangat rendah,’’ urainya.

Yunita Suryani, M.Pd mengatakan, masyarakat saat ini cenderung menggantungkan informasi dari internet. Padahal tak semuanya yang disajikan dalam internet benar. Misalnya mencari resep masakan, bisa dengan gambar diperoleh dengan tutorial yang lengkap.

‘’Tapi tidak semua benar, karena saya pernah tersesat saat membuktikan memraktikkan salah satu resep, tapi hasilnya tak sesuai, sehingga apa yang disampaikan itu tidak benar,’’ tuturnya.

Hal yang sama dilakukan saat mencari judul-judul atau malakah untuk referensi menulis karya ilmiah. Saat dicari dengan kata kunci tertentu, maka keluar banyak artikel dan data-data yang seolah-olah itu benar.

‘’Tapi seketelah kami tanyakan pada yang lebih ahli, dijawab bahwa judul-judul itu tidak ada, penulisnya juga tidak sesuai. Nah, kalau hal itu diambil dan dikutip, artinya kesalahan itu terus berkembang,’’ ungkap dia.

Karena itu, Yuni mengatakan kurangnya literasi bisa berbahaya, karena gak semua benar. Apalagi untuk akademisi dan pelaku dunia pendidikan sangat perlu literasi, bisa memahami dan menggunakan teknologi dengan baik.

‘’Jangan menelan mentah-mentah informasi yang disediakan internet. Parahnya, generasi muda sekaran seneng mendapat informasi instan, serba instan. Harus dicek lagi misalnya mencocokkan dengan buku atau jurnal, kan sekarang banyak buku elektronik,’’ sebutnya.

Maka Yunita berfikir harus ada sebuah terobosan. Akademisi, dunia pendidikan, mahasiswa harus diarahkan atau disediakan ruang untuk membuat konten-konten yan bermanfaat, atau konten-konten edukasi yang memberikan literasi untuk masyarakat.

Ketua RPS Khoirul Huda menyampaikan bahwa dialo interaktif ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan HPN 2025 yan digelar RPS. Sebab, sebelumnya sudah dilaksanakan penanaman pohon dan santunan anak yatim.

‘’Puncaknya nanti pada 23 Februari nanti akan digelar senam Poudfit yang akan digelar di Taman Hutan Kota Tuban Abipraya,’’ ujarnya.

Dalam setiap kegiatan RPS untuk memeringati HPN selalu ada penanaman pohon dan santunan anak yatim. Hal ini menurut dia, adala agenda waji yang harus dilakukan, agar RPS selalu dekat dan masyarakat dan alam.

Terkait dengan dialog interaktif, Huda mengajak agar masyarakat bisa memilih dan memilah berita yan benar dan mana yang tidak benar. Sebab, saat ini sulit dibedakan mana yang berita dan mana yang sekadar informasi. Sehingga wartawan punya peran untuk memberikan informasi pada masyarakat agat tidak mengonsumsi berita yan tidak benar.

‘’Sekaligus kami membuka diri untuk dikritik dan diberi masukan oleh banyak pihak selama menjalankan profesi jurnalis,’’ katanya.

Dia meminta agar masyarakat jangan sampai termakan dengan berita-berita yang tidak benar. Dialog yang disiarkan secara langsung itu sekaligus otokritik untuk wartawan. Sebab, wartawan bukan antikritik.

‘’Apakah kami sudah sesuai apa belum dengan aturannya monggo dikritik, beri masukan agar kami bisa berkembang,’’ tandasnya.

Hal yang sama disampaikan Kabid Komunikasi dan Informasi Publik Rita Zahara yang mewakili Kepala Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian Tuban.

Ia meminta agar wartawan selalu menjaga kode etik, berkembang sesuai dengan teknologi dan menyajikan berita-berita yang berkualitas dan independen. Dia melihat selama ini komunikasi dan hubungan antara wartawan dengan Pemkab cukup baik dan pemberitaan berimbang.

‘’Harap harap itu bisa terus terjaga dan komunikasi yan baik tetap terjaga. Berikan masyarakat informasi-informasi yang berkualitas,’’ harapnya.

Usai dialog interaktif dilanjutkan tumpengan di markas RPS Tuban, di Balai Wartawan Tuban. Selain dihadiri anggota RPS dan keluarga, juga dihadiri perwakilan dari Dinas Kominfo, Statistik dan Persandian Tuban yang dipimpin oleh Kabid Komunikasi dan Informasi Publik Rita Zahara.

Acara didukung sejumlah pihak di antaranya SIG Pabrik Tuban, PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), Exxon Mobil Cepu Limited (ECML), Pertamina EP Field Cepu, Pertamina Hulu Energi Tuban East Java (PHE TEJ), Bank Jatim, PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), PLN Nusantara Power, Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), PT Timbul Jaya dan Polres Tuban. [Al/Rof]