Mencari Berkah Malam Lailatul Qadar, Puasa Ramadan Keberapa Tepatnya?

Oleh: Dwi Rahayu 

 

bloktuban.com - Memasuki hari hari terakhir puasa Ramadan umat muslim menaruh perhatian pada malam Lailatul Qadar. Pada malam Lailatul Qadar, umat Islam dijanjikan mendapatkan banyak keberkahan dan pahala. 

 

Lantas pada puasa Ramadan 1445 H atau 2024 M kali ini kapan tepatnya malam Lailatul Qadar tersebut?

 

Malam Lailatul Qadar memang jatuh pada bulan Ramadan, biasanya pada salah satu malam ganjil terakhir dalam 10 hari terakhir bulan Ramadan. Tanggal pastinya tidak diketahui secara pasti, tetapi umat Islam dianjurkan untuk mencari malam Lailatul Qadar pada malam ganjil terakhir dari 10 malam terakhir bulan Ramadan, yaitu pada tanggal 21, 23, 25, 27, atau 29

 

Amal kebajikan yang dilakukan pada malam ini dianggap lebih bernilai dan dilipatgandakan pahalanya. Selain itu, pada malam ini juga terjadi penentuan takdir (qadar) untuk tahun yang akan datang, sehingga banyak umat Islam memanfaatkannya untuk berdoa, memohon ampunan, dan meminta kebaikan bagi diri sendiri dan umat manusia.

 

Salah satu ulama hadits terkemuka dari mazhab Syafi’i, yaitu Ibnu Hajar Al-Asqalani (1372-1449) dalam Fathul Bari menyebutkan ada 45 pendapat soal ketetapan waktu malam Lailatul Qadar. Namun, menurut Ibnu Hajar, dari 45 pendapat itu, yang paling unggul (rajih) adalah pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada tanggal ganjil dari 10 malam terakhir bulan Ramadhan. 

 

Jatuhnya Lailatul Qadar di malam berbeda pada tiap tahunnya. Dari tanggal-tanggal ganjil itu, yang paling potensial adalah tanggal 21 dan 23 Ramadhan. Sebagaimana pendapat Imam Syafi’i. Sementara menurut mayoritas ulama adalah malam tanggal 27 Ramadhan (Fathul Bari, juz 5, hal. 569).

 

Bagi muslim yang beribadah pada malam itu maka sama dengan beribadah selama seribu bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan. Pada malam itu malaikat turun ke bumi mengucapkan salam kesejahteraan kepada orang-orang yang beriman.

 

Dalam kitab Ahkamul Qur’an, Ibnu ‘Arabi (1165-1240 M) menjelaskan dengan mengutip pendapat Al-Qadli, “Sungguh umat Muhammad saw telah mendapat anugerah yang tidak akan diberikan kepada umat lain selamanya. Yaitu: Pertama, melakukan shalat lima waktu dengan pahala sebesar shalat lima puluh waktu. Kedua, berpuasa bulan Ramadhan dibalas sebesar puasa selama satu tahun. 

 

Ketiga, zakatnya cukup seperempat dari sepersepuluh. Keempat, membaca akhir surat al-Baqarah pahalanya seperti ibadah satu malam penuh. Kelima, shalat Subuh pahalanya seperti ibadah satu malam penuh. Keenam, shalat Isya pahalanya seperti menghidupkan separuh malam. Ketujuh, anugerah yang tidak ada tandingannya, yaitu malam Lailatul Qadar yang lebih utama daripada seribu bulan” (Ahkamul Qur’an li Ibni ‘Arabi, juz 4, hal. 428)

 

Ibnu ‘Arabi juga mengutip penjelasan Imam Malik dalam al-Muwattha, menyebutkan riwayat Ibnu Qasim dan yang lainnya:

 

سمعت من أثق به يقول: إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أري أعمار الأمم قبله ، فكأنه تقاصر أعمار أمته ألا يبلغوا من العمل مثل ما بلغ غيرهم في طول العمر ، فأعطاه الله ليلة القدر ، وجعلها خيرا من ألف شهر.

 

Artinya: Aku mendengar seorang yang terpercaya berkata, “Sungguh, Rasulullah saw pernah diperlihatkan usia umat-umat terdahulu. (Melihat itu) Nabi pesimis bahwa usia umatnya tidak akan mampu untuk mencapai amal ibadah yang dilakukan umat-umat tersebut. Kemudian Allah swt memberikan Nabi (dan umatnya) malam Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan” (Ahkamul Qur’an li Ibni ‘Arabi, juz 4, hal 428).

 

Dipercaya bahwa malam ini merupakan malam di mana Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada malam ini, doa-doa dikabulkan dengan lebih baik, dan amal kebajikan dilipatgandakan. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk beribadah, berdoa, dan memperbanyak amal kebajikan pada malam Lailatul Qadar.

 

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS