Penulis : Nurul Mu’affah
blokTuban.com – Memiliki letak yang strategis, Desa Plumpang terletak di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban. Desa seluas 553 Ha ini dihuni oleh penduduk sebanyak kurang lebih 10.016 jiwa yang tersebar di tiga dusun yakni Dusun Plumpang, Dusun Tanggungan dan Dusun Kunir.
Berbicara soal sejarah, hampir di setiap desa pasti memiliki sejarahnya masing-masing, termasuk halnya Desa Plumpang. Menurut keterangan Tumito, Kepala Desa Plumpang, penamaan Desa Plumpang berasal dari dua suku kata, yakni “ALU” dan “LUMPANG” yang diperkuat dengan adanya penemuan situs atau peninggalan berupa alu dan lumpang yang hingga kini masih ada dan ditempatkan di pemakaman Desa Plumpang.
“Asal-usul Desa Plumpang dahulu konon, kenapa dinamakan Desa Plumpang itu ada berupa batu dan lumpang, itu batu dan lumpangnya masih ada, situsnya juga ada itu di wilayah Makam Dusun Plumpang untuk alu dan lumpangnya,” jelasnya, Senin (18/9/2023).
Sedangkan warga Plumpang, Daniel mengungkapkan saat ini terdapat 3 buah peninggalan batu berbentuk lumpang yang ditemukan, di mana dua diantaranya berada di situs pemakaman umum Desa Plumpang, dan satu batu lumpang lainnya berada di rumah milik warga.
Uniknya, batu lumpang ini pernah dipindahkan sebanyak dua kali untuk dijadikan satu di situs pemakaman tersebut, namun batu berbentuk lumpang itu justru kembali lagi ke tempat asalnya. Tak hanya itu, batu ini juga pernah hampir dicuri namun pada akhirnya tetap kembali ke asalnya.
Kantor Desa Plumpang, Tuban. (Foto: Nurul Mu’affah/ bloktuban)
Adapun mengenai batas wilayah, Desa Plumpang berbatasan dengan Desa Jatimulyo di sebelah timur, Desa Ngrayung di sebelah Utara, Desa Sumurjalak di sebelah Barat dan Desa Cangkring di sebelah Selatan.
Di lain sisi, Desa Plumpang juga memiliki berbagai potensi baik di bidang pertanian, perdagangan, maupun kuliner. Di bidang kuliner, Desa Plumpang terkenal akan produksi Rangin, yakni makanan atau jajanan tradisional yang terbuat dari campuran parutan kelapa dan tepung beras.
Tak hanya itu, di Desa Plumpang juga terdapat tradisi yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar, tradisi yang ada di desa ini yakni tradisi nyadran atau manganan dan tradisi wiwitan yang rutin diadakan di setiap tahunnya.
“Tradisi yang masih berkembang yaitu nyadran/manganan di tiap-tiap makam itu masih ada, trus wiwit pari itu masih ada, kalua mau panen itu diselameti itu namanya wiwit. Kalau mau panen itu pasti masyarakat membawa ambeng lah untuk slametan bersyukur kepada Allah,” imbuhnya.
Sementara itu, tak jauh dari pemakaman umum desa juga terdapat sebuah makam wali yang dikenal dengan Makam Wali Sumur Kulon. Namun belum diketahui secara pasti siapa nama asli wali tersebut dan bagaimana sejarah wali tersebut, menurut warga wali tersebut merupakan salah satu wali Allah penyebar agama Islam di Tuban, khusunya di Desa Plumpang.
“Ada orang-orang yang ziarah di situ ada yang nyebut Wali Sumur kulon, tapi kita sendiri dari dinas terkait belum menemukan sejarah itu,” Jelas Tumito, Kepala Desa Plumpang.[Fah/Dwi]
*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com.
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published