Kontributor : Nur Qur'ani Mulia
blokTuban.com - Kebonsari merupakan kelurahan di Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban. Menurut Suwandi (52 tahun) selaku Lurah Kebonsari mengatakan, terkait sejarah Kelurahan Kebonsari belum dapat dipastikan atau dijelaskan secara pasti dikarenakan tidak adanya dokumen atau buku yang tertulis.
Akan tetapi, jika berdasarkan buku karangan R. Soeparmo dengan judul catatan sejarah 700 tahun Tuban. Kebonsari memiliki 4 makam leluhur yang cukup bersejarah yaitu, Makam Kusen, Pati, Ngebong, dan Pubokarno.
Di mana Makam kusen merupakan makam Mbah Kusen yang dahulunya sebagai juru tulis Raja Brawijaya Kerajaan Majapahit yang telah memeluk Islam. Kemudian, Makam Pati di mana beliau merupakan Bupati Pati Jawa Tengah pada saat Kerajaan Mataram Islam.
“Nah itu setau saya terkait makam yang ada di sini berdasarkan buku catatan sejarah 700 tahun Tuban. Tapi kalo asal usul nama Kebonsari kita gaada yang tau,” Ujar Lurah Kebonsari saat diwawancarai, Rabu (24/05).
Lebih lanjut terkait Makam Pubokarno, di mana pubokarno ini merupakan benteng pubokarno pada saat Kerajaan Mataram Islam yang saat ini terpecah menjadi solo, Yogyakarta, Mangku Negara, dan Mangku Alam.
Tak kalah menarik dari Kelurahan Kebonsari yaitu adanya tradisi Manganan atau sedekah bumi yang dilakukan dengan menaruh gula jawa.
Menurut Suwandi, tradisi sedekah yang ada di Kelurahan Kebonsari berbeda dengan kelurahan yang lain. Pasalnya sedekah bumi di Kebonsari dilakukan dengan cara menaruh gula jawa pada bulan Syuro yang dimulai dari Makam Pati, Kusen, Ngebong, dan Pubokarno.
“Kemudian terkait potensi Kelurahan Kebonsari itu potensinya yang jelas penduduk kita ini kebanyakan dibidang jasa dan wiraswasta. Dan kebetulan ada parkir wisata ziara wali ini juga menjadi salah satu yang mendongkrak perekonomian Kebonsari, jadi ada beberapa kios juga di sana,” Ujarnya.
“Selain itu kita juga ada taman sleko mbak, di situ juga ada Car Free Night (CFN), ini juga cukup berpotensi bagi warga sekitar. Jadi CFN ini diagendakan rutin setiap Sabtu malam atau malam Minggu cukup rame juga.” Imbuhnya.
Diketahui, terkait UMKM yang ada di Kelurahan Kebonsari sebelum covid-19 terbilang cukup baik, akan tetapi semenjak pandemi UMKM tersebut sempat berhenti. Hingga kini beberapa UMKM yang ada mulai bangkit kembali.
“Kalau UMKM kemarin juga sempat ada beberapa UMKM seperti kue basah dan lainya. Tapi semenjak Covid-19 jadi yaa gitu mbak. Kemudian untuk sekarang sudah mulai kembali lagi,” Jelasnya.
Adapun produk yang menjadi unggulan Kelurahan Kebonsari yaitu tempe trosobo yang berada di Jalan Brawijaya.
“Iya dulu produk unggulan kami itu ada tempe trosobo. Jadi dulu ada beberapa pelaku usaha tempe mbak, tapu sekarang pelaku usahanya tinggal satu yang resmi dan cukup besar,” Paparnya.
Adapun mayoritas agama penduduk Kelurahan Kebonsari yaitu 85% Islam dan selebihnya beragama Kristen dan Budha. [Lia/Ali]
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS