Asal usul dan Alasan Cepat Betah Tinggal di Desa Kradenan Tuban

Kontributor : Nur Qur'ani Mulia

blokTuban.com - Desa Kradenan merupakan salah satu desa di Kecamatan Palang Kabupaten Tuban denga luas wilayah 269.607 Ha. Desa yang dipimpin oleh Sri Rahayu selaku Kepala Desa Kradenan memiliki 2 dusun yaitu Dusun Kradenan dan Karangrejo, serta terbagi menjadi 3 Rukun Warga (RW) dan 15 Rukun Tetangga (RT), Rabu (17/5/2023).

Jarak tempuh Desa Kradenan ke ibu kota kecamatan adalah 3.9 km, sehingga dapat ditempuh dengan waktu sekitar 6 Menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 6,6 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit.

Sejarah Desa Kradenan tidak terlepas dari sejarah masyarakat atau suku Kradenan di Kabupaten Tuban. Menurut Agung Fajar Cahyana selaku Sekretaris Desa Kradenan mengatakan bahwa nama Kradenan berasal dari kata Raden. 

Di mana dahulu terdapat seorang raden yang bernama Raden Galuh. Dialah orang yang pertama kali babat alas di wilayah yang berdampingan dengan wilayah kekuasaan Mbah Ibrohim Asmoroqondi yang terletak di Desa Gesikharjo Palang. Mereka berdua sama-sama ditugaskan untuk menyebarkan agama Islam di dua wilayah tersebut. Di mana Raden Galuh di tugaskan untuk menyebarkan Agama Islam di wilayah sebelah barat, sedangkan mbah Asmoro Qondi ditugaskan di wilayah sebelah timur.

”Oleh sebab itu wilayah barat diberi nama Desa Kradenan karena yang pertama kali babat alas di wilayah ini adalah seorang Raden. Sehingga sejak tahun 1952 daerah Kradenan diberi nama Desa Kradenan,” Ujar Sekretaris Desa Kradenan kepada blokTuban.com.

Adapun salah satu barokah Raden Galuh adalah setiap orang akan cepat betah tinggal di daerah Kradenan ketika sudah menyentuh air Desa Kradenan.

Berkaitan dengan letaknya yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah suasana budaya di Desa .Kradenan sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal tersebut dapat dilihat dari masih adanya budaya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni, serta adanya kalender Jawa/ Islam yang saat ini masih dipakai.

Di sisi lain, dalam konteks politik lokal Desa Kradenan juga melibatkan warga masyarakat, hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain seperti: pilleg, pilpres, pemillukada, dan pilgub. 

Khusus untuk pemilihan kepala desa Kradenan, sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa, biasanya para kandidat nya adalah mereka yang secara sah memiliki hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Fenomena inilah yang biasa disebut pulung dalam tradisi jawa. 

Akan tetapi, jabatan kepala desa tersebut tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu, melainkan bagi mereka yang dipilih karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa. Karena demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam perundangan dan peraturan yang berlaku, bisa mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. 

“Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan Desa Kradenan pada tahun 2016 dengan partisipasi masyarakat sangat tinggi, yaitu sekitar 95%. Tercatat ada dua kandidat kepala desa,” Paparnya.

Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa, namun mekanisme pengambilan keputusan selalu melibatan masyarakat. Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa Kradenan mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis.

Berdasarkan deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami bahwa Desa Kradenan mempunyai dinamika politik lokal yang bagus. Mata pencaharian warga masyarakat Desa Kradenan yaitu terdapat beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. 

Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 741 orang, sektor jasa berjumlah 44 orang, sektor industri 87 orang, dan lain-lain berjumlah 106 orang. [Lia/Ali]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS  

 

*: Penulis merupakan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura yang magang di kantor redaksi blokTuban.com di Jalan Pramuka II No.19 kelurahan Sidorejo, Tuban.