Cerita Batu Ngadek Desa Cendoro Tuban, dari Sesembahan Kini Jadi Cagar Budaya

Kontributor : Nur Qur'ani Mulia*

blokTuban.com - Desa Cendoro merupakan salah satu desa di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban dengan luas tanah 563 hektar. Desa yang dipimpin oleh Zuli Cahyo Utomo selaku Kepala Desa Cendoro selama 2 periode memiliki 2 dusun yaitu Dusun Cendoro Utara dan Cendoro Selatan, Kamis (13/04/2023).

Edy Supriyanto (51 tahun) selaku Kasi Pemerintahan Desa Cendoro menceritakan bahwa cendoro berasal dari kata doro. Di mana doro dalam bahasa Jawa berarti perawan yang sudah memasuki usia menikah tetapi belum menikah.

Pada saat itu, doro merupakan seorang pemimpin yang membabat alas di daerah yang menjadi cikal bakal Desa Cendoro. Adapun pembabatan yang dilakukan doro yaitu dengan cara membakar lahan setempat yang terdapat banyak pohon-pohon dan ilalang. 

Jadi, yang menjadi daerah kekuasaan doro yaitu berdasarkan pada banyaknya lahan yang dibabat dan ditambah lagi dengan sejauh mana latu (abu pembakaran) tersebut tersebar yang menjadi batas wilayah kekuasaan doro.

Namun sangat disayangkan, sampai saat ini belum dapat dipastikan kebenaranya apakah kekuasaan doro yang dulu sama atau tidak dengan luas Desa Cendoro yang sekarang. Serta keterangan terkait siapa sebenarnya doro, dari mana asalnya, dan mengapa ia membabat lahan yang sekarang menjadi Desa Cendoro masih menjadi misteri.

“Sampai saat ini masih belum ada yang tau kebenaranya mbak. Dulu saya juga sempat bertanya pada sesepuh sini juga semua pada kurang paham betul, jadi mungkin jika dilihat dari keberhasilannya membabat itu pasti ia mempunyai kesaktian yang luar biasa atau mungkin ia adalah anak seorang raja yang ingin memperlebar daerah kekuasaanya,” Ujar Edy Supriyanto kepada blokTuban.com.

“Namun, semua ini masih sebatas menerka-nerka karena belum ada keterangan pasti tentang sejarah ini,” Imbuhnya.

Desa Cendoro juga memiliki peninggalan bersejarah yaitu terdapat Watu Ngadek atau dalam bahasa Indonesia berarti batu berdiri yang terletak tepat di sebelah selatan balai Desa Cendoro. Di mana batu ini dahulunya banyak disembah dan dipuja oleh warga Desa Cendoro dengan cara mendatangi tempat batu tersebut dengan membawa sesaji.

Belum dapat dipastikan secara pasti mulai kapan warga setempat menyembah watu ngadek tersebut. Namun, saat ini kepercayaan itu mulai luntur dan tidak ada lagi kepercayaan terhadap kekuatan besar batu tersebut. 

Meskipun kepercayaan terhadap Watu Ngadek sudah mulai luntur, akan tetapi Watu Ngadek ini masih berdiri kokoh hingga saat ini. 

“Dulu pernah juga warga setempat mencoba untuk merobohkan batu tersebut, tapi percobaan itu gagal. Dan setelah kejadian itu, pemerintah desa dan warga setempat memutuskan untuk menjaga dan merawatnya, bukan sebagai sesembahan namun sebagai cagar budaya,” Paparnya. 

Sumarto (49 tahun) selaku Sekretaris Desa Cendoro menambahkan, terkait potensi Desa Cendoro terdapat lahan pertanian yang cukup luas sekitar 278 hetar tanah sawah. Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Cendoro yaitu petani sebanyak 246 orang. 

Selain pertanian yang menjadi andalan Desa Cendoro yaitu adanya produksi krupuk bakar. Jika dilihat dari namanya kerupuk tersebut terbilang cukup unik. Pasalnya kebanyakan masyarakat mengira bahwa kerupuk tersebut dibuat dengan cara dibakar. 

Eits! ternyata bukan, adapun cara pembuatanya yaitu dengan cara di oven. Nah dibalik nama kerupuk bakar tersebut ternyata bukan karena cara pembuatannya, melainkan dikarenakan pemilik usaha yang bernama Bakar. 

“Dulu awal merintis memang pembuatanya masih menggunakan minyak, akan tetapi seiring berkembangnya zaman sekarang sudah tidak menggunakan minyak. Tapi sekarang itu di oven, jadi kerupuk bakar tapi di oven bukan di goreng,” sambung Sekretaris Desa Cendoro itu. 

“Nah karena namanya yang lucu itu, makanya kadang-kadang antusias masyarakat untuk membeli itu sangat besar. Desa sini juga biasanya kalo ada kunjungan Bupati biasanya kan medirikan stand-stand ya. Nah, jadi produk unggulan yang kita pake itu juga kerupuk bakar ini, yang sampai saat ini masih aktif,” tutupnya.

Adapun mayoritas agama penduduk Desa Cendoro yaitu 99% beragama Islam serta 1% beragama Kristen. [Lia/Ali]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS