Reporter : Muhammad Nurkholis
blokTuban.com – Puluhan hektare lahan petani yang berada di Desa Kanorejo, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban harus terendam luapan air Sungai Bengawan Solo, Jumat (17/02/2023).
Desa Kanorejo sendiri merupakan salah satu desa yang berada di bantaran Bengawan Solo, serta desa ini menjadi salah satu desa langganan banjir, jika volume air Bengawan Solo meningkat.
Salah satu anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kanorejo Bambang (48), mengatakan bahwa saat ini di Desa Kanorejo kurang lebih terdapat 10 hektare lahan yang terendam oleh luapan air Bengawan Solo
“Kurang lebih ada 10 hantaran lahan pertanian, yang terendam air” ujar Bambang kepada blokTuban.com, Jumat (17/02/2023).
Namun, dari 10 hektar yang terendam tersebut tidak semuanya sudah ditanami bibit cabe atau padi, baru 5 hektaran yang sudah ditanami bibit cabe dan sisanya baru disiapkan untuk tanam.
Hal ini tentunya menjadikan kerugian yang sangat besar bagi para petani, terlebih dalam satu hektar untuk modal tanam cabai menghabiskan uang sekitar 25 juta rupiah.
Di Desa Kanorejo sendiri air mulai naik Pada hari Kamis (16/02/2023) malam. Sebelum lahan terendam banjir para masyarakat sebenarnya sudah mengetahui bahwasanya air Bengawan Solo akan mengalami peningkatan volume, namun tidak ada hal yang bisa dilakukan selain pasrah.
Baca juga:
Smartfren Tambah 1000 BTS Baru di Jawa Timur
“Sebenarnya masyarakat sudah tahu informasi dari handphone akan tetapi, mau gimana lagi tidak ada cara menanggulanginya,” tambahnya.
Banjir seperti ini merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di Desa Kanorejo untuk mengatasi banjir seperti ini, Bambang berharap agar Desa Kanorejo dibuatkan tanggul penangkis karena hanya desanya saja yang belum memiliki Tanggul penangkis.
“Kami harapkan ya segera dibuatkan tanggul penangkis bengawan, karena sudah dari tahun 2014 kami mengajukan bahkan setiap tahun kita juga mengusulkan agar dibuatkan tanggul dalam musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan akan tetapi sampai saat ini belum ada realisasinya,” bebernya.
Dengan adanya tanggul penangkis tersebut setidaknya bisa meminimalisir dampak dan akibat dari luapan air Bengawan Solo
Senada dengan Bambang Pujiani (48) juga merasakan dampak yang ditimbulkan dari adanya luapan air dari sungai terpanjang di Pulau Jawa ini, saat ini ia sudah mulai menyiapka benih padi, namun harus diambang ketidakpastian karena lahan yang hendak ditanami padi, kondisinya terendam air bengawan.
“Terdapat 3 petak sawah yang terendam banjir harusnya sudah siap ditanami dan saat ini hanya bisa pasrah saja,” ujar wanita ramah ini.
Dengan adanya luapan air Bengawan Solo ini memberikan kesedihan baginya. Sebab sebelum musim tanam ini , ia sebenarnya sudah panen padi, namun hasil yang didapatkan menurun dikarenakan adanya penyakit yang diterima tanaman.
Sama dengan Bambang, Pujiani juga sangat mengharapkan adanya tanggul penangkis bengawan, agar bisa membendung luapan air Bengawan agar tidak langsung masuk ke area persawahan atau pemukiman. [Nur/Ali]
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS