"Catatan Obyektif dari Bumi Legen"
Salam Olahraga... !!!
Revisi Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 yang telah disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2022 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU-SKN) ruhnya adalah Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Pencanangan DBON sendiri dilakukan pada 9 September 2021 bersamaan dengan Hari Olahraga Nasional ke XXXVIII dengan mengusung tema Sport Science, Sport Tourism, dan Sport Industry. Terbitnya UU-SKN baru ini merupakan angin segar yang menggembirakan bagi insan-insan olahraga tanah air, mengingat banyak hal digantungkan pada undang-undang ini untuk dapat mendongkrak prestasi olahraga Indonesia.
Tujuan lahirnya DBON adalah target Indonesia masuk peringkat 10 Besar Olimpiade pada tahun 2045, atau ketika Negara Kesatuan Republik Indonesia berusia 100 tahun. Maka, untuk merealisasikannya yang pertama sekali dilakukan adalah bagaimana meningkatkan kebugaran dan budaya olahraga di tengah-tengah masyarakat. Tingkat kebugaran fisik masyarakat yang prima dan semakin bertumbuh suburnya budaya olahraga adalah hal yang sangat penting.
Budaya olahraga akan menjadi hulu, sedangkan prestasi itu hilir. Budaya olahraga akan melahirkan semangat berolahraga masyarakat yang pada gilirannya akan membentuk pola hidup sehat dengan olahraga sebagai pilar utamanya. Selanjutnya dari budaya olahraga inilah akan melahirkan prestasi optimal.
Tentu dalam mencapai prestasi optimal itu harus ada dukungan seperangkat aktivitas kinerja yang terencana baik, mulai dari konsep, kebijakan yang tidak berubah-ubah, kesiapan sumber daya manusia yang handal, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kemampuan manajerial, pendanaan hingga konektivitas dengan perkembangan dan situasi olahraga dunia.
Jadi, prestasi sebenarnya adalah hasil dan bersumber dari kebugaran masyarakat. Kalau masyarakat tidak bugar maka sulit mendapatkan talenta dan bibit olahragawan yang baik. Gambaran siklus tersebut apabila diurutkan maka susunannya sebagai berikut, budaya olahraga-pola hidup sehat-masyarakat bugar-muncul talenta dan bibit atlet handal-pengelolaan profesional-prestasi optimal.
Oleh karenanya, hal yang paling fundamental dan harus dilakukan dalam DBON yakni memperbaiki tingkat kebugaran masyarakat, agar ke depan sumber daya manusia bisa tangguh. Jikalau masyarakat bugar, kita akan sangat mudah mencari talenta olahragawan, sekaligus membangun sumber daya manusia yang terampil, unggul dan kompetitif, dan itu diawali dari kebugaran fisik. Selain itu juga harus diikuti dengan kebijakan yang daoat memperkuat untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa DBON telah memiliki landasan hukum melalui Perpres Nomor 86 tahun 2021, yang lahir sebagai jawaban atas arahan Presiden Joko Widodo yang meminta kepada Menteri Pemuda dan Olahraga untuk melakukan review total terhadap ekosistem dan prestasi olahraga di tanah air.
Perpres ini merupakan hal yang sangat urgent, strategis dan sustainable. Sehingga jangan sampai terjadi kebiasaan berganti pimpinan atau menteri kemudian muncul kebijakan baru.
Ada 14 (empat belas) cabor yang masuk dalam prioritas DBON yaitu :
1. Atletik
2. Bulutangkis
3. Panjat Tebing
4. Senam Artistik
5. Angkat Besi
6. Balap Sepeda
7. Panahan
8. Menembak
9. Renang
10. Dayung
11. Karate
12. Taekwondo
13. Wushu
14. Pencak Silat
Kini setelah satu tahun DBON lahir, menarik kiranya jika kita memperhatikan implementasinya di lapangan. Apakah ada upaya konkrit untuk mewujudkannya ? Utamanya, bagaimana aktualisasi dukungan dan komitmen dari pengambil kebijakan yang ada di bawah dalam menterjemahkannya ?
Ternyata masih banyak ditemui program dan kebijakan yang tidak nyambung dengan gambar besar desain olahraga dimaksud. Hal itu dapat dijumpai dari sikap pengambil kebijakan/stakeholder terkait yang tidak menempatkan pembangunan di bidang olahraga sebagai prioritas dan hanya menempatkannya (ma'af) pada "pelengkap" (kalau tidak boleh dikatakan pemanis) dari kebijakan yang dibuat.
Alih-alih memberi ruang khusus, sekedar perhatian saja terkadang sulit didapat. Artinya olahraga bukan menjadi prioritas utama. Penanganan olahraga tidak seserius penanganan pembangunan di bidang lain, terkesan serampangan dan asal-asalan.
Belum lagi program pembinaan yang tumpang tindih dengan pemassalan atau pengembangan, tata kelola olahraga yang amburadul karena tidak profesional, serta kompetisi yang carut marut sehingga semakin mengaburkan arah pembinaan dan pengembangan olahraga itu sendiri.
Yang lebih membuat "nelangsa" adalah, munculnya kebijakan program yang tidak berjenjang dan berkelanjutan (karena mendadak muncul), atau membuat program yang seolah-olah inovasi tetapi hakikatnya adalah sebuah degradasi.
Salah satu contoh riil penyelenggaraan multi event olahraga yang mendadak muncul di tengah jalan adalah multi event dengan sasaran pelajar/anak usia sekolah. Padahal tujuan utamanya (katanya) untuk mencari talenta atau bibit atlet potensial.
Sebenarnya ini sesuatu yang positif mengingat pelajar/anak usia sekolah (khususnya usia dini) merupakan fase penting bagi pembentukan pondasi motorik calon atlet menyerap teknik dasar keterampilan berolahraga secara benar. Juga karena sektor pelajar/usia sekolah merupakan penyumbang 85% dari jumlah atlet berprestasi.
Tetapi karena tidak melalui perencanaan dan strategi yang matang serta terkesan dipaksakan, maka event ini menjadi tidak jelas arahnya. Bahkan bisa dikatakan kontra produktif bagi percepatan prestasi olahraga.
Kalau memang event ini bertujuan menggali bibit atlet potensial, terus bagaimana proses talent scoutingnya ? Bagaimana kelanjutan latihan/pembinaanya ? Apakah ada jenjang kompetisi lebih tinggi yang akan diikuti berikutnya ?
Belum lagi jika menelisik tingkat kesiapan peserta (karena mendadak), anggaran yang dibutuhkan, kemampuan lembaga/sekolah/cabang olahraga berkoordinasi, sampai dengan pelaksanaannya yang berbenturan saat hari efektif sekolah berlangsung.
Semestinya jauh-jauh hari sudah dirancang kalender event olahraga dalam satu tahun yang menjadi pedoman bagi seluruh pelaku olahraga. Kalender event yang mampu merangkum seluruh arah pembinaan olahraga, sehingga pembinaan dan pengembangan olahraga semakin jelas arahnya.
Di dalamnya secara detail bisa dicantumkan nama event, waktu pelaksanaan, cabang olahraga yang dipertandingkan, sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, usia dan segmen peserta, bentuk apresiasi, sumber dan jumlah dana, jenjang event berikutnya yang akan diikuti, serta leading sektor mana yang bertanggungjawab.
Ini mutlak harus ada, karena dari sinilah semua elemen olahraga bergerak dalam satu langkah serta irama yang seragam. Semangat dan visi yang sama. Bagi pelatih ini akan membantu dalam membuat konstruksi program buat atletnya, kapan mulainya dan kapan puncak peak performanya.
Bagi atlet kapan mengatur waktu latihan dan belajar/bekerja. Bagi sekolah, pengurus cabang olahraga dan organisasi keolahragaan bagaimana mengatur keikutsertaan, kesesuaian dengan jadwal pembelajaran dan pencapaian target prestasi, termasuk berapa besar pembiayaan dan koordinasi dengan lintas sektoral terkait.
Bahkan "seakan-akan" keberadaan kalender event olahraga ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting. Lalu, prestasi apa yang bisa kita raih dengan kondisi yang demikian ?
Jika hal seperti ini terus berlangsung, tentu akan kita dapati stagnasi prestasi, atau bahkan ketertinggalan dari yang lain, dan lebih jauh lagi akan membuat rapuhnya bangunan olahraga. Efek yang ditimbulkan sangat luar biasa.
Maka pada momentum hari olahraga nasional tahun ini tidak ada salahnya apabila kita terus menggelorakan serta meneguhkan kembali semangat berolahraga. Sembari aktif menata dan meperkuat sistem yang benar sesuai dengan kadar tingkatan dan kemampuan (semampu) yang kita miliki.
Ingat bahwa olahraga mempunyai makna strategis dalam pembentukan karakter bangsa yang menjadi modal berharga bagi pembangunan manusia seutuhnya.
Semoga kebugaran fisik, pembinaan, pengelolaan, dan prestasi olahraga bisa berjalan pada rel yang semestinya, dan mimpi masuk 10 Besar Olimpiade tercapai. Sekaligus semakin membuat kita bangga jika di antara deretan prestasi tersebut terdapat catatan sumbangsih dari putra-putri kota Tuban tercinta.
Kapan... ???
waallaahu a'lam bishawab
by zein at tubany el jawy
tinggal di _zeinattubany@gmail.com