Bagaimana Hukum Wanita Ketika Haid Membaca Al-Qur'an?

Oleh : Dwi Rahayu

blokTuban.com - Ketika seorang wanita tengah mengalami haid, sebagai umat muslim yang taat perintah Allah, bagaimana hukum islam mengenai hal tersebut?

Membaca AL-Qur'an bagi wanita haid, seperti dilansir dari Nu Online terdapat pendapat yang berbeda. Ada beberapa ulama yang memperbolehkan dengan syarat tertentu bahkan ada yang mengatakan tidak boleh secara tegas.

Syarat wanita haid boleh membaca Al-Qur'an dengan tujuan bukan membaca, melainkan keperluan untuk mengajar atau membenarkan bacaan yang salam. Kondisinya sebagaimana dalam keadaan junub, menurut ulama masih diperbolehkan membaca Al-Qur;am selama bukan berniat untuk membaca. Semisal untuk tujuan berdoa yang mana terdapat ayat Al-Qur'annya. 

 ÙˆÙŽØªÙŽØ­Ù’رُمُ قِرَاءَةُ القُرْآنِ عَلَى نَحْوِ جُنُبٍ بِقَصْدِ القِرَاءَةِ وَلَوْ مَعَ غَيْرِهَا لَا مَعَ الِإطْلَاقِ عَلَى الرَّاجِحِ وَلَا بِقَصْدِ غَيْرِ الْقِرَاءَةِ كَرَدِّ غَلَطٍ وَتَعْلِيمٍ وَتَبَرُّكٍ وَدُعَاءٍ  - عبد الرحمن باعلوي، بغية المسترشدين، بيروت-دار الفكر.   

 “Dan haram membaca al-Qur`an bagi semisal orang junub dengan tujuan membacanya walaupun dibarengi dengan tujuan lainnya, dan menurut pendapat yang kuat tidak haram baginya bila memutlakkan tujuannya. Dan juga tidak haram tanpa adanya tujuan membacanya (al-Qur`an) seperti membenarkan bacaan yang keliru, mengajarkannya, mencari keberkahan dan berdoa,”. (Abdurrahman Ba’alwi, Bughyah al-Mustarsyidin, Bairut-Dar al-Fikr, h. 52).

Selain itu, pada Madzhab Maliki memperbolehkan wanita perempuan yang sedang haid membaca Al-Qur'an secara mutlak. Bahkan menyentuh mushaf ketika wanita haid saat mengajar atau diajar dalam artian guru dan murid.

Alasannya lantaran orang haid atau dalam kondisi junub itu bisa dengan mudah menghilangkan hadast besar tersebut dengan cara mandi besar.Hal ini didasarkan pada keterangan dibawah ini:    

 

   ÙˆÙŽØ°ÙŽÙ‡ÙŽØ¨ÙŽ الْمَالِكِيَّةُ إِلَى أَنَّ الْحَائِضَ يَجُوزُ لَهَا قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فِي حَال اسْتِرْسَال الدَّمِ مُطْلَقًا، كَانَتْ جُنُبًا أَمْ لاَ، خَافَتِ النِّسْيَانَ أَمْ لاَ. وَأَمَّا إِذَا انْقَطَعَ حَيْضُهَا، فَلاَ تَجُوزُ لَهَا الْقِرَاءَةُ حَتَّى تَغْتَسِل جُنُبًا كَانَتْ أَمْ لاَ، إِلاَّ أَنْ تَخَافَ النِّسْيَان - وزارة الأوقاف والشؤن الإسلامية الكويت، الموسوعة الفقهية الكويتية، الكويت- دار السلاسل    

 “Kalangan dari madzhab maliki berpendapat bahwa orang yang haid boleh baginya membaca Al-Qur`an dalam kondisi masih mengeluarkan darah secara mutlak, baik dalam keadaan atau tidak, atau adanya kekhawatiran lupa hafalan Al-Qur’an-nya atau tidak. Adapun setelah haidnya terputus maka ia tidak boleh membacanya sebelum mandi besar, baik dalam keadaan junub atau tidak, kecuali ia khawatir akan lupa hafalannya”. (Wazarah al-Awqaf wa asy-Syu`un al-Islamiyyah Kuwait, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait-Dar as-Salasil, juz, 18, h. 322 H)     

  إلَّا لِمُعَلِّمٍ وَمُتَعَلِّمٍ وَإِنْ حَائِضًا لَا جُنُبًا : أَيْ يَحْرُمُ عَلَى الْمُكَلَّفِ مَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ، إلَّا إذَا كَانَ مُعَلِّمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا، فَيَجُوزُ لَهُمَا مَسُّ الْجُزْءِ وَاللَّوْحِ وَالْمُصْحَفِ الْكَامِلِ، وَإِنْ كَانَ كُلٌّ مِنْهُمَا حَائِضًا أَوْ نُفَسَاءَ لِعَدَمِ قُدْرَتِهِمَا عَلَى إزَالَةِ الْمَانِعِ. بِخِلَافِ الْجُنُبِ لِقُدْرَتِهِ عَلَى إزَالَتِهِ بِالْغُسْلِ أَوْ التَّيَمُّمِ. وَالْمُتَعَلِّمُ يَشْمَلُ مَنْ ثَقُلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ فَصَارَ يُكَرِّرُهُ فِي الْمُصْحَفِ - أبى البركات أحمد بن محمد بن أحمد الدرديري، الشرح الصغير   Ø¹Ù„Ù‰ أقرب المسالك إلى مذهب الإمام مالك، بيروت-دار المعارف-  

 “(Kecuali bagi orang yang mengajar atau orang yang belajar meskipun dalam kondisi haid atau junub), artinya haram bagi mukallaf menyentuh mushhaf dan membawanya kecuali dalam kondisi sebagai pengajar atau orang yang belajar maka boleh bagi keduanya menyentuh sebagian  atau papan tulis yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran (lauh) dan seluruh mushhaf meskipun keduanya dalam keadan haid ata nifas kerena ketidakmampuan keduanya untuk menghilangkan penghalang.Hal ini berbeda dengan orang junub karena kemampuannya untuk menghilangkan penghalang dengan mandi atau tayamum” (Abi al-Barakat Ahmad bin Muhamad bin Ahmad ad-Dardidi, Asy-Syarh ash-Shaghir ‘ala Aqrab al-Masalik ila Madzhab al-Imam Malik, Bairut-Dar al-Ma’arif, juz, 1, h. 150). 

Sementara itu menurut Hadist Riwayat Ad-Daruquthni tidak memperbolehkan wanita haid untuk memmbaca Al-Qur'an yang bunyinya:

نِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَقْرَأُ الحَائِضُ وَلَا اْلجُنُبُ شَيْئاً مِنَ القُرْآنِ - رواه الدارقطني

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra ia berkata: Rasulullah SAW bersbada: Tidak boleh orang yang haid dan orang yang dalam keadaan junub membaca ayat Al-Qur`an” (HR Ad-Daruquthni). 

Sementara itu dalam firman Allah SWT menyebut:  

  لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ - الواقعة 

“Tidak ada yang menyentuhnya (al-Qur`an) kecuali hamba-hamba yang disucikan” (Q.S. Al-Waqi’ah [56]: 79).

 

Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS