Bertamu Saat Berpuasa Sunnah dan Disuguhi Makanan, Apa yang Harus Dilakukan?

Oleh: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Adab bertamu dan menerima tamu dalam agama islam diatur agar saling menghargai. Terlebih tuan rumah, ketika menerima tamu berusaha menghidangkan sejumlah suguhan makanan dan minuman. 

Namun pada saat bersamaan seorang tamu tersebut sedang melaksanakan puasa sunnah. Lantas apa yang harus dilakukan jika demikian adanya? Bagaimana ilmu fiqh islam menanggapi hal demikian.

Dilansir dari Nu Online, Syekh Zainudin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu’È‹n menjelaskan: 

يندب الأكل في صوم نفل ولو مؤكدا لإرضاء ذي الطعام بأن شق عليه إمساكه ولو آخر النهار للأمر بالفطر ويثاب على ما مضى وقضى ندبا يوما مكانه فإن لم يشق عليه إمساكه لم يندب الإفطار بل الإمساك أولى 

Artinya: “Disunahkan makan (saat bertamu) ketika sedang berpuasa sunah meskipun sunah muakkad untuk menyenangkan pemilik makanan, bila mempertahankan puasa memberatkan bagi tuan rumah, meskipun sudah berada di akhir waktu siang karena adanya perintah untuk berbuka. Ia akan diberi pahala atas puasa yang telah lewat dan sunah menggantinya di hari yang lain. Namun bila mempertahankan berpuasa tidak memberatkan bagi tuan rumah maka tidak disunahkan berbuka, bahkan lebih utama mempertahankannya,”. 

Penjelasannya, ketika bertamu saat puasa sunnah dan tuan rumah telah menyediaan makanan dan minum ada dua keputusan yang dapat diambil. Pertama membatalkan puasa dengan alasan menghargai tuan rumah. Atau tetap melanjutkan puasa sunnah jika tuan rumah tidak masalah jika tamu tidak memakan hidangan yang disajikan.

Tapi, jika puasa yang dilaksanakan merupakan puasa nadzar atau puasa qadla ramadan dituntut agar tetap melanjutkan puasa tersebut. Kondisi dan keputusan tersebut di atas sama-sama dijanjikan mendapat pahala oleh Allah SWT. [dwi]