Banjir Rob Mulai Terjang Pemukiman Nelayan Tuban, Ketinggian Air 20 Cm

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Fase bulan purnama yang bersamaan dengan Perigee (Jarak terdekat bulankebumi) berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum yang lebih signifikan.

Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir indonesia pada 14- 20 Mei 2022, tak terkecuali di Kabupaten Tuban. 

Pantauan blokTuban.com, banjir rob pekan lalu menerjang di pantai cemara dan mangrove Jenu viral di sosial media. Saat ini, Senin (23/5/2022) siang, banjir rob kembali menerjang kawasan Desa Socorejo, Kecamatan Jenu, dan Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban.

baca berita terksit: BMKG Tuban Imbau Masyarakat Tidak Beraktivitas di Pesisir Pantai!

Kepala Desa Socorejo, Zubas Arief Rahman Hakim bersama perangkatnya meninjau langsung dampak dari banjir rob di pemukiman nelayan. Khusus di Desa Socorejo, banjir rob memenuhi Dusun Karangdowo dengan jumlah rumah terdampak sekitar 25 rumah. 

"Banjir pesisirnya tidak sampai masuk rumah. Hanya menggenangi gang-gang rumah nelayan dengan ketinggiannya dua jengkal telapak tangan atau kisaran 20 Centimeter," ujar Kades Arif kepada blokTuban.com. 

 

Banjir rob siang ini juga terpantau di pemukiman nelayan di Kelurahan Sidomulyo. Belum diketahui pasti berapa rumah di kawasan Tuban Kota ini terdampak banjir tersebut. Hanya saja, air pasang menggenangi lokasi yang biasa digunakan nelayan menjemur hasil laut dan memperbaiki jaring. 

Terkait, fenomena banjir rob Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tuban, Zem Irianto mengatakan, hampir terjadi diseluruh pesisir Jawa timur dikarenakan fenomena full flower blood moon di mana posisi matahari+Bumi+bulan berada garis sejajar dan berada pada jarak (peregee/perihelion) terdekat dengan Bumi.

"Hal ini menyebabkan gravitasi bulan lebih kuat, memicu tarikan air pasang lebih tinggi yang menyebabkan rob dan kami prediksi hingga 20 Mei 2022," terangnya.

Sedangkan Kepala Pusat Meteorologi Maritim, Eko Prasetyo dalam rilisnya menambahkan, potensi banjir pesisir (rob) diprediksi berlangsung dengan waktu yang berbeda di tiap wilayah.

Kondisi tersebut secara umum dapat mengganggu aktivitas keseharian masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat. 

"Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari Pasang Maksimum Air Laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG," pungkasnya. [Ali]