Tingkat Penularan Cepat, Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Menular ke Manusia?

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Mewabahnya virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang santer menjadi perbincangan di kalangan masyarakat baru-baru ini, dipastikan tidak menular pada manusia, melainkan hanya menular pada sesama hewan.

Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tidak panik dengan virus baru yang sudah menjalar di beberapa wilayah yang ada di Jawa Timur seperti Lamongan, Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan DKPP Tuban, Pipin Diah Larasati mengatakan bahwa meskipun tingkat penularan virus pada hewan memang tergolong cepat, namun bukan bersifat zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia.

“Virusnya jenis RNA, virus sama dengan jenis Covid yang bisa mutasi. Akan tetapi tidak bersifat zoonosis (bisa menular ke manusia,” paparnya kepada blokTuban.com, Sabtu (14/5/2022).

Dengan demikian, kendati virus ini masuk ke dalam tubuh manusia maka tidak akan menimbulkan reaksi atau gejala apapun. Justru, menurut Pipin manusialah yang berpotensi dapat menularkan virus tersebut pada hewan ternak.

Maka dari itu, Pipin menyarankan agar peternak harus segera melakukan penyemprotan disinfektan dan membersihkan diri setelah bersinggungan dengan hewan ternak yang sakit dan memiliki potensi besar terhadap penularan virus ini.

“Yang bahaya malah manusianya yang bisa membawa media. Misal peternak A sapinya sakit terus dia berkunjung ke peternak B, maka sapi milik peternak 90-100 persen tertular. Oleh karenanya harus dilakukan disinfeksi (penyemprotan disinfektan) dan bersih diri setelah bersinggungan dengan ternak sakit,” terangnya.

Untuk mencegah penyebaran wabah PMK pada hewan ternak di Tuban sendiri, selain melakukan pembatasan masuknya hewan-hewan ternak dari daerah yang terjangkit wabah. Pihaknya juga melakukan desinfeksi di pasar-pasar hewan juga melakukan pengamatan secara rutin serta melakukan pengobatan pada hewan ternak yang memiliki gejala.

“Melakukan desinfeksi di pasar-pasar hewan, pengamatan dan pemeriksaan ternak, pengobatan sapi-sapi bergejala,” pungkasnya.

Sementara itu, dilansir dari laman Kominfo jika Pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya, Prof. Mustofa Helmi mengatakan bahwa daging sapi yang terjangkit PMK aman untuk dikonsumsi asal melalui proses pelayuan terlebih dahulu.

“Proses pelayuan adalah metode dengan cara daging digantung untuk menurunkan PH dari daging,” jelas Prof. Mustofa. [Sav/Ali]