Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Jauh sebelum adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, penyakit batuk, pilek dan sakit tenggorokan sudah ada di tengah-tengah masyarakat. Sebenarnya penyakit tersebut adalah hal biasa yang dialami oleh manusia, mulai dari usia kecil hingga dewasa.
Saat adanya pandemi hal itu justru menjadi momok paling menakutkan yang membuat masyarakat paranoid dan saling mencurigai satu sama lain. Menurut Dr. Willy Silyen, Sp. THT. KL spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan, Bedah Kepala Leher dari RSUD DR. Koesma Tuban, kasus temuan gejala batuk dan pilek mulai meningkat sejak akhir Desember tahun lalu. Menurutnya, hal ini bukanlah sesuatu yang lazim.
“Tapi setelah bulan Januari ini satu orang alami tapi dengan cepat menular, nggak semua batuk, pilek. Mungkin satu batuk yang satunya gatal di tenggorokan saja ini sebenarnya sudah patut kita waspadai. Jangan-jangan ini Covid, sifatnya Omicron terutama yang lagi ramai,” ungkapnya dikutip dari Radio Pradya Suara FM Tuban, Minggu (20/3/2022).
Pada dasarnya batuk, pilek, dan sakit tenggorokan tidak selalu dibilang Covid-19. Ada baiknya jika masyarakat yang mengalami gejala tersebut sadar dengan memerikasakan diri kepada dokter agar bisa dipastikan penyakit yang dideritanya dan tidak menulari anggota keluarga.
“Karena kalian kuat belum tentu keluarga dan anak kalian kuat,” tambahnya.
Selain itu, Dr. Willy juga menyampaikan secara teori matinya virus tergantung dari respon imun tubuh manusia. Semakin bagus respon imun tubuh manusia, semakin cepat pula penyakit ini selesai.
“Secara teori penyakit yang disebabkan virus pada saluran nafas itu rata-rata lima sampai sepuluh hari, tapi beberapa pasien bahkan anggota keluarga saya sendiri yang saya ikuti 2-3 hari dan menyimpulkan. Satu efektivitas vaksin itu luar biasa, ketika mereka mau vaksin lengkap apalagi ditambah booster nya,” katanya.
Kedua, prinsip dari virus yaitu akan mati sendiri pada waktunya. Untuk mempercepat virus mati yang perlu dilakukan yaitu dengan menaikkan daya tahan tubuh dengan nutrisi.
“Obat itu nomer sekian, yang penting nutrisi tercukupi itu sudah luar biasa untuk trigger meningkatkan daya tahan tubuh. Suplement atau obat itu kalau diperlukan saja, makanya kita prinsipnya namanya pengobatan simptomatik, pengobatan gejala. Lagi pilek obatin pilek, lagi panas obatin panas. Nggak ada pengobatan antibiotik, hindari dulu,” tuturnya. [Sav/Ali]