Reporter : Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com - Pola makan yang tidak terkontrol, tidak beraktivitas fisik, berat badan yang terus naik, merupakan salah satu tanda yang perlu diwaspadai. Diketahui bahwa ketika mengalami obesitas, maka akan berpotensi memicu berbagai macam penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler, dan berbagai penyakit lainnya, Sabtu (6/3/2022).
Himpunan Studi Obesitas Indonesia (Hisobi), dr. Rachmad Wishnu Hidayat, Sp.OK dalam webinar peringatan hari obesitas nasional yang diselenggarakan oleh kementerian kesehatan Republik Indonesiamengungkapkan, salah satu upaya untuk mecegah terjadinya obesitas selain dengan pengaturan diet sehat adalah aktivitas fisik.
Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di Indonesia, secara tidak langsung juga memicu meningkatnya faktor risiko penyebab terjadinya obesitas karena sebagian besar masyarakat melampiaskan stress melalui pola makan yang banyak dan kurang melakukan aktivitas fisik di tengah pandemi.
Sejauh ini, tingkat kurangnya prevalensi aktivitas fisik masih kurang diperhatikan, padahal menurut WHO satu dari empat orang dewasa mengalami kekurangan aktivitas fisik. Sementara pada anak remaja, angkanya lebih mengerikan yakni 8 dari 10 anak remaja masih kurang melakukan aktivitas fisik.
“Dari data riskesdas tahun 2018, di Indonesia 1 dari 3 orang kurang melakukan aktivitas fisik, padahal paramaternya aktivitas fisik intensitas sedang yang normal adalah 150 menit per minggu,” jelasnya. Aktivitas intensitas sedang ini contohnya seperti berkebun, memindahkan perabotan, mencuci kendaraan secara manual, mengepel, naik turun tangga, dan berjalan cepat.
dr. Wishnu juga mengungkapkan bahwa, obesitas bisa berkaitan erat dengan Covid-19 karena jika seseorang mengalami obesitas maka risiko terjadi gejala yang lebih berat saat terinfeksi Covid-19 bisa lebih besar. Untuk itu, diperlukan adanya aktivitas fisik untuk upaya mencegah berlebihnya berat badan.
“Latihan fisik intensitas sedang bisa meningkatkan imunitas kita juga, nggak perlu yang berat, cukup yang sedang saja sudah bisa membantu meningkatkan imun dan menurunkan risiko infeksi covid-19,” jelasnya.
Meskipun demikian, latihan fisik juga memiliki risiko terlebih bagi orang-orang yang memiliki komorbid yang berlokasi di jantung, sehingga tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat. Maka, sebaiknya harus memeriksakan kesehatan secara rutin untuk persiapan sebelum mulai melakukan aktivitas fisik.
“Persiapan yang kedua sebelum melakukan latihan aktivitas fisik yang teratur perlu dilakukan tes kebugaran terlebih dahulu untuk mengatahui tepat tidaknya latihan tersebut. Salah satunya Kemenkes sudah meluncurkan aplikasi tes kebugaran namanya SIPGAR,” ungkapnya.
Dalam SIPGAR tersebut, salah satu contoh tesnya adalah test rockport, yakni jalan sepanjang 1,6 km dan bisa memperlihatkan waktu tempuh serta denyut nadi yang kemudian sistem akan mengidentifikasi kebugaran seseorang.
Anggota Hisobi tersebut melanjutkan, diet yang sehat dan aktivitas fisik sama pentingnya dan memang bersinergi untuk pencegahan dan pengendalian obesitas. “Minimal aktivitas sehari-hari di rumah seperti ngepel, nyapu, jalan cepat, mencuci itu juga ‘setara’ dengan olahraga, meskipun memang berbeda ya dengan olahraga yang sebenarnya. Syaratnya minimal harus 150 menit/minggu,” ungkapnya. [Din/Ali]