Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Dalam seni pertunjukan, biasanya cerita yang dibawakan memiliki ciri khas masing-masing tergantung dengan jenis pentasnya. Seperti halnya, apabila pementasan wayang kulit, maka cerita yang dibawakan secara umumnya mengambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana.
Sedangkan jika pertunjukan teater biasa mengangkat kisah-kisah yang bersumber dari dongeng, sejarah, ataupun mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. Dalam pantomime, cerita yang dibawakan oleh pantomime dewasa biasanya membawa isu-isu sosial, seperti kritik sosial, dan keadaan yang sedang terjadi di sekitar.
Namun untuk pantomime anak-anak lebih banyak pada cerita keseharian, seperti halnya cerita tentang membuang sampah pada tempatnya, saling menghargai satu sama lain, kesenangan kesehariannya, dan berbagai cerita yang mencontohkan hal-hal baik.
Hal tersebut diungkapkan oleh Arifin, pantomime asal Kabupaten Tuban. Ipin, sapaan akrabnya melanjutkan, pantomimer dewasa juga memiliki tampilan yang berbeda dengan pantomimer anak-anak.
“Bentuk pantomime visualnya juga beda, kalau anak-anak lebih ke pantomime klasik. Sedangkan untuk mimer-mimer yang senior biasanya pantomime progresif. Jadi pantomime tidak melulu pakai kostum garis-garis hitam putih, tidak harus pakai topi, bahkan tidak harus bermakeup,” jelasnya.
Pantomime sendiri secara singkatnya adalah seni pertunjukkan yang menampilkan sebuah cerita tanpa berdialog, sehingga sebenarnya bisa dilakukan tanpa kostum ataupun makeup yang sudah menjadi ‘ciri khas’ pantomime bagi orang awam.
“Kalau pantomime klasik itu teorinya memang mengambil dari Barat, sehingga ya memang seperti itu, ada kostum, ada makeup,” ungkapnya.
Klasifikasi dalam pantomim, berdasarakan penjelasan Arifin sebenarnya tidak hanya progressive dan klasik, melainkan ada bermacam-macam.
“Pokoknya, dalam menampilkan sebuah cerita, mimer itu harus cerdas karena jika tidak penonton tidak akan paham,” jelasnya.
Berbeda dengan pertunjukan drama konvensional, pemain dengan mudah bisa menyampaikan maksud cerita kepada penonton karena biasanya didukung oleh beberapa properti pementasan. Dalam pantomime klasik, tidak ada property yang digunakan, sehingga pantomimer harus bisa menyampaikan maksud ceritanya hanya dari gerakan tersebut.
“Untuk pantomime yang progressive sekarang juga banyak yang menggunakan properti yang dibutuhkan, namun tidak diharuskan,” ujarnya. [din/ono]