Pemuda Tuban Sulap Paralon Bekas Menjadi Lampion Cantik

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Semenjak pandemi Covid-19 masuk di Indonesia pada tahun 2020 silam, banyak masyarakat yang terdampak ekonomi. Terlebih bagi pemilik usaha, sehingga banyak dari mereka mulai menggali ide-ide kreatif lain terlepas dari usaha pokoknya untuk tetap bertahan di tengah situasi Covid-19.

Salah satunya adalah Dawam. Pria yang memang berprofesi di bidang interior tersebut membuat bisnis kreatif baru dari pipa paralon bekas yang disulap menjadi sebuah lampion cantik. Pada kisaran tahun 2020, saat pandemi sedang melonjak dan pesanan di bidang interior sedang sepi, ia mengisi waktu luangnya dengan membuat lampion dari pipa bekas.

Di ruang tamu rumahnya yang berlokasi di Jalan Cendana, Perumahan Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban terdapat jajaran lampion-lampion berbagai model. “Lampion bekas ini sebenarnya sampingan saja karena dulu orderan interior jarang saat pandemi, jadi banyak waktu luang. Nah, kalau sekarang dikerjakan paling ketika pulang kerja, pesanan mana yang habis ditambahi,” terangnya pada Kamis (3/2/2022).

Lampion Cendana tersebut juga sudah pernah diikutkan lomba produk inovasi UMKM kerajinan yang diadakan oleh Bappeda Tuban. “Sebenarnya dapat pendampingan juga, tetapi waktunya ini bentrok terus saya, jadi sayang hanya bisa ikut beberapa kali karena kerjanya saya dari pagi sampai sore,” ujarnya.

Lampion dari limbah paralon tersebut memang baru dipasarkan secara online saja, Bapak dua anak tersebut mengaku bahwa produknya bahkan belum dikenalkan di Tuban. “Kemarin juga diundang mau ada pameran dari dinas ya pas waktu corona itu, tapi belum jadi. Jadi, mau launching apa-apanya juga belum, tapi ketika ada pameran UMKM lagi mau saya bawa,” jelasnya.

Motif-motif lampion yang dibuat oleh Dawam sangat beraneka ragam dan sebagian besarnya adalah batik, sehingga memiliki nilai yang unik dan khas. “Bahannya paralon bekas semua, nanti finishingnya itu dicat. Kalau yang ini masih mentahnya,” terangnya.

Pria asli Bojonegoro itu juga mengatakan, pembeli lampion kebanyakan memang dari luar Tuban, seperti Bojonegoro, Probolinggo, Surabaya. “Tetangga-tetangga sini sebenarnya juga banyak yang beli, buat hiasan di depan rumah atau di kamar biasanya,” ungkapnya.

Satu lampion tersebut memiliki harga yang berbeda-beda, tergantung dari bentuk dan tingkat kerumitan pembuatannya. Kisaran harganya yakni dari Rp 60.000-Rp200.000. “Paling mahal yang batik, pokoknya semakin rumit motifnya semakin mahal. Pengerjaanya juga lama soalnya, satu hari paling dapet satu sampai finishing,” pungkasnya. [Din/Ali]