Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com - Merintis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memerlukan banyak pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan produk yang telah dibuatnya. Hal tersebut diakui oleh Fita Sandra, pelaku usaha kue-kue kering yang telah berjalan hampir enam tahun.
Usaha yang bermula dari produk pastel kering tersebut saat ini telah merambah ke berbagai olahan kering yang lain. Meskipun ia pernah memiliki pengalaman kerja yang sangat lama di sebuah rumah makan, produk-produk yang dibuatnya adalah hasil dari otodidak (belajar sendiri).
“Awalnya saya nggak ikut pelatihan, nyoba-nyoba sendiri. Tapi setelah gabung dengan UMKM, baru dapat pelatihan-pelatihan. Dari pelatihan itu, pulangnya saya coba buat dari yang diajarkan itu, meskipun kita tetap harus otak-atik rasanya sendiri ya,” ungkapnya pada reporter blokTuban.com, Kamis (3/2/2022).
Selain itu, Fita mengaku ketika mengikuti pelatihan akan memberikannya banyak wawasan-wawasan baru terkait produknya, salah satunya adalah ketika pengajuan merk. “Dulu itu saya masih belum begitu mengerti, jadi waktu pengajuan gitu labelku ya masih jelek. Saya ngajukan merk itu dari tahun 2018, belum tau apa-apa, setelah jalan baru tahu ternyata yang bagus dan yang baik itu bagaimana,” jelasnya.
Fita bercerita pula, ketika mengikuti pelatihan dan mendapatkan mentor yang cocok maka bisa memotivasinya untuk segera memperbaiki produknya. “Saya waktu itu ketemu mentor yang penyampainya enak sekali. Pokoknya pembakaran semangatnya itu luar biasa, sampai sekarang bahkan saya masih komunikasi kalau mau tanya-tanya terkait usaha dengan beliau,” ungkapnya.
Ibu dua anak tersebut juga sudah berkali-kali mengikuti pelatihan ataupun pendampingan UMKM di berbagai kota, seperti di Lamongan, Jombang, Pasuruan, dan Malang. “Saya memang senang belajar lewat pelatihan begitu karena langsung ada yang ngajarin dan praktik daripada lihat-lihat youtube saja monoton,” terangnya.
Ia menambahkan, meskipun terkadang pelatihan hanya dilakukan beberapa hari tetapi ilmu yang didapatkan sangat banyak, mulai dari materi hingga praktiknya.
Perempuan asli Bojonegoro tersebut juga menjelaskan, untuk mengikuti pelatihan dan pendampingan ada persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga tidak semua UMKM bisa mengikutinya. “Kalau pendampingan dulu itu setelah dapat hibah dana dari Kementerian Koperasi ada proses monitoring. Nah, kalau pelatihan biasanya yang ngadakan dari dinas dengan syarat tertentu,” jelasnya.
Menurutnya, dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut dapat memberikan value yang lebih terhadap produk usahanya. “Setiap pelatihan kan selalu dapat sertifikat biasanya, saya dikasih tahu mentor saya kalau sertifikat yang didapatkan sebaiknya dipajang karena bisa menaikkan value kita. Dari situ saya praktikkan langsung, sertifikat saya pajang,” bebernya. [Din/Ali]