Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Istilah Quarter Life Crisis (QLC) atau krisis seperempat abad barangkali sering didengar oleh masyarakat yang memiliki rentang usia 20-30 tahun atau usia peralihan dari remaja akhir menuju ke dewasa awal.
Menurut teori psikologi, ketika seseorang di antara rentang usia tersebut mengalami kecemasan, kebingungan dengan arah hidup, dan mempertanyakan kualitas hidupnya, maka fase tersebut biasanya disebut sebagai Quarter Life Crisis.
QLC dapat bersinggungan dengan apapun, termasuk urusan percintaan maupun karir. Banyak anak muda saat ini yang memiliki pekerjaan tidak sesuai dengan studi yang telah ditempuh.
Menurut psikolog Alvieni Angelica dalam diskusi Ruang Publik KBR, hal tersebut bisa terjadi karena dua hal, antara sudah menemukan passion atau karena tuntutan sosial.
“Terkadang memang ada kondisi dimana kita punya mimpi tapi kita nggak bisa capai karena nggak ada kesempatan. Sebisa mungkin harus percaya pada setiap peristiwa yang kita jalani, nanti ketika nemu kesempatan, ambil. Jangan berhenti di pikiran aja, dan jangan khawatir mencoba impianmu di usia berapapun,” jelasnya.
Hal tersebut juga merupakan salah satu cara untuk memanage QLC, lanjut Alvi. Meskipun demikian, ketika seseorang sudah menyadari ada perasaan cemas, gelisah, kekhawatiran, atau ketakutan yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari ataupun perilaku sosialnya, langkah awal yang diperlukan adalah mengkonsultasikannya dengan professional.
“Jangan takut ke psikolog, yang datang ke psikolog itu nggak harus orang-orang dengan gejala semacam skizo atau sejenisnya. Sesederhana seperti curhat dengan psikolog itu sudah menolong,” terangnya.
Ia melanjutkan, cara lain untuk memanage QLC agar tidak menyebabkan masalah mental yang berkepanjangan adalah dengan mengeksplor keinginan-keinginan yang muncul dalam diri masing-masing orang.
“Seperti yang saya contohkan tadi, ketika ingin melakukan sesuatu lakukan. Saya selalu bilang ke pasien saya untuk mencoba hal-hal yang mereka inginkan, jangan sampai bilang seandainya,” ujarnya.
Founder enlightmind tersebut juga menjelaskan, ketika bertemu dengan perasaan-perasaan yang tidak enak, seperti tanda-tanda QLC agar tidak menghindari perasaan tersebut, melainkan harus mencoba duduk bersama emosi tersebut.
“Ada istilah sit with emotion, perasaan nggak enak itu jangan dihindari karena hanya akan menjadi distraksi saja. Tapi coba kita ngobrol dengan diri kita sendiri dan coba berteman dengan emosi kita,” jelasnya.
Dalam otak terdapat bagian bernama thalamus, lanjutnya. Ketika seseorang bersuara maka akan ditangkap oleh thalamus, sehingga ketika berbicara dengan diri sendiri akan lebih memahami emosi yang dimiliki.
“Dalam prinsip neuroscience, memang ada hubungan istimewa antara otak emosi dengan tubuh, ketika kita bisa berteman dengan emosi kita makan akan menurun. Jadi jangan diusir dan ditekan emosi itu,” tutupnya. [din/ono]