Sempat Melambat karena Covid-19, IPM Tuban Kembali Membaik

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Tuban bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tuban tahun 2021 mencapai 68,91, meningkat 0,51 poin (0,75 persen) dibandingkan capaian tahun sebelumnya (68,40). 

Eko Mardiana, Kepala BPS Kabupaten Tuban dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, peningkatan IPM Kabupaten Tuban 2021 terjadi pada semua dimensi, baik umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.

Hal tersebut berbeda dengan peningkatan IPM 2020 yang hanya didukung oleh peningkatan pada dimensi umur panjang dan hidup sehat dan dimensi pengetahuan. Sedangkan dimensi standar hidup layak mengalami penurunan. 

Pada 2021, dimensi hidup layak yang diukur berdasarkan rata-rata pengeluaran riil per kapita (yang disesuaikan) meningkat 1,39 persen.

"Sempat mengalami perlambatan kenaikan pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19, peningkatan IPM Tuban sudah kembali membaik pada tahun 2021 seiring

dengan perbaikan kinerja ekonomi yang berpengaruh positif terhadapindikator konsumsi riil per kapita," ujar Eko Mardiana, Jumat (24/12/2021).

IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Penghitungan IPM berdasarkan rata-rata geometrik dari ketiga komponen, yakni indeks kesehatan, pengetahuan, dan pengeluaran. Sejak tahun 2015, secara konstan mengalami kenaikan meskipun kenaikan per tahunya masih

berfluktuasi. Selama 2015–2021 IPM Kabupaten Tuban rata-rata meningkat sebesar 0,565 persen per tahun, dari 65,52 pada tahun 2015 menjadi 68,91 pada tahun 2021.

Peningkatan IPM Kabupaten Tuban tahun 2021 didukung oleh semua dimensi penyusunnya. Hal ini berbeda dengan kondisi tahun 2020 ketika IPM mengalami perlambatan akibat penurunan pengeluaran riil per kapita. 

Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2015 hingga 2021, UHH telah meningkat sebesar 1,01 tahun atau rata-rata tumbuh sebesar 0,17 poin per tahun.

Pada tahun 2015, UHH Kabupaten Tuban adalah 70,55 tahun, dan pada tahun 2021 mencapai 71,56 tahun. Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun dan rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas. Kedua indikator ini konsisten terus meningkat dari tahun ke tahun, meskipun kenaikan yang dicapai relatif kecil.

 "Selama periode 2015 hingga 2021, HLS Kabupaten Tuban naik 0,15 tahun atau rata-rata meningkat 0,21 persen per tahun, sementara RLS meningkat 0,98 tahun atau rata-rata meningkat 2,63 persen per tahun," imbuhnya.

 

Dimensi terakhir yang mewakili pembangunan manusia adalah standar hidup layak yang direpresentasikan dengan pengeluaran riil per kapita (atas dasar harga konstan 2012) yang disesuaikan. 

Dari rentang waktu 2015-2021 tiap tahun terjadi kenaikan pengeluaran Riil per kapita, hanya pada tahun 2020 terjadi perlambatan dikarenakan dampak covid-19 yang begitu masif.

Pada tahun 2021, pengeluaran riil per kapita (yang disesuaikan) masyarakat Kabupaten Tuban mencapai Rp10,38 juta per tahun. 

Angka ini meningkat 1,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa setelah lebih dari satu tahun pandemi COVID-19 melanda Kabupaten Tuban,  pengeluaran riil per kapita mulai meningkat kembali setelahpada tahun 2020 mengalami penurunan.

Sebagaimana posisi tahun sebelumnya, Eko Mardiana menambahkan pada tahun 2021 IPM tertinggi di jawa Timur tercatat di Kota Surabaya sebesar 82,31. Kota Surabaya bersama Kota Malang, Kota Madiun, Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah dengan IPM berkategori sangat tinggi. 

Daerah dengan kategori IPM tinggi sebanyak 21 kabupaten/kota, sedangkan yang berkategori sedang sebanyak 13 kabupaten/kota, termasuk Kabupaten Tuban dan seluruh kabupaten di wilayah Madura.

Kota Surabaya tercatat mempunyai UHH terbaik sebesar 74,18 tahun. Sarana dan prasarana kesehatan di Surabaya relatif lengkap, sehingga masyarakatnya bisa dengan mudah memanfaatkan akses sarana dan prasarana kesehatan. 

Di samping itu, kesadaran masyarakat Surabaya untuk berpola hidup sehat cukup tinggi, sehingga mendukung meningkatnya usia harapan hidup.

UHH terendah masih tercatat di Bondowoso yakni sebesar 66,89 tahun. Sedangkan, angka Usia Harapan Hidup di Tuban berada di peringkat 26 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Kota Malang mempunyai HLS tertinggi sebesar 15,75 tahun, dan terendah tercatat di Bangkalan sebesar 11,73 tahun. Posisi Tuban untuk indikator ini berada pada

angka 12,21 tahun. Sementara itu, RLS tertinggi tercatat di Kota Madiun yang mencapai 11,37 tahun dan yang terendah masih tercatat di Sampang dengan RLS  hanya 4,86 tahun. RLS Tuban masih berkutat di peringkat 29 dengan nilai 7,18 tahun.

"Indikator ini menterjemahkan bahwa di masa lalu rata-rata penduduk Tuban masih cukup rendah dalam mengenyam pendidikan formal. 

Artinya bahwa program pembangunan bidang pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini tidak serta merta langsung mendongkrak indikator ini dalam waktu dekat. Tetapi, baru akan terlihat nanti di masa mendatang, dan hal ini sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan," jelasnya.

Kenaikan IPM diungkap oleh Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky saat malaunching 311 Desa Digital di Desa Sugihan, Kecamatan Jatirogo waktu lalu. hal teknis kanikan IPM juga dipengaruhi oleh update data dan efesiensi aplikasi. 

"IPM Naik 1,6 persen dan itu belum bekerja secara maksimal," sambung Buypati Halindra.

Ketua DPD Golkar Tuban itu menambahkan, selama ini IPM ada kecenderungan menggunakan data tahun 1980-an. Dampaknya terlihat pada pembagian bansos yang tidak merata dan tepat sasaran karena datanya belum singkron.

"Para Camat dan Kepala Desa dengan adanya semangat digitalisasi dan Smart City, eror-eror ini tidak lagi terjadi," tutupnya. [ali/ono]