Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Sebagai perusahaan yang telah diakuisisi PT. Pertamina, maka sudah sepantasnya bagi PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) untuk mengambil bagian dalam mengadopsi sistem management mutu yang ada di Pertamina.
Salah satu sistem yang diterapkan di Pertamina adalah melaksanakan Continuous Improvement Program ( CIP ) atau lebih dikenal dikalangan masyarakat luas dengan nama Gugus Kendali Mutu ( GKM ), yang mana GKM sendiri merupakan adopsi dari Quality Control Circle (QCC).
Dalam pelaksanaan penganugerahan CIP Award tahun 2021 pada Senin (13/12/2021) malam dihadiri oleh Sugiyo sebagai General Manager PT. TPPI dan jajaran management dibawahnya. Dalam sambutannya, Sugiyo menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh karyawan yang dengan antusias dan semangat tinggi telah mengikuti kontes ini dimulai dari babak penyisian sampai final dengan melibatkan 11 group CIP.
"Dalam pelaksanaan kontes yang dilaksanakan selama dua bulan ini, telah menyisakan lima grup yang masuk ke babak final untuk diambil juara 1, 2 dan 3. Selanjutnya group yang menjuarai kontes ini akan diusulkan untuk mengikuti kontes CIP di Pertamina tahun depan," ujar Sugiyo.
Taheran Sidik Prabowo, ST. MM sebagai Dewan Juri yang telah melakukan penjurian dari awal sampai final dalam sambutannya memberikan gambaran sejarah tentang penerapan CIP/GKM atau QCC di perusahaan khususnya perusahaan plat merah.
Pria yang pernah bekerja di PT. Astra International selama 11 tahun dan menimba ilmu sekaligus sebagai pelaksana QCC mulai dari anggota, ketua dan fasilitator QCC dan beberapa kali menjuarai kontes QCC Regional maupun Nasional.
Dia menjlentrehkan tentang pengertian CIP/QCC yaitu suatu kegiatan dimana sekelompok karyawan yang bekerjasama dan melakukan pertemuan secara berkala dalam mengupayakan pengendalian mutu (kualitas). dengan cara mengidentifikasikan, menganalisis dan melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah.
Seperti produk, biaya, waktu, persediaan, keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang dihadapi dalam pekerjaan dengan menggunakan alat-alat pengendalian mutu yang disebut dengan seven tools (QC 7 Tools) dan delapan langkah.
“Quality Control Circle (QCC) ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli pengendalian mutu (kualitas) yaitu Prof. Kaoru Ishikawa pada tahun 1962 bersama dengan Japanese Union of Scientists and Engineers (JUSE). Perusahaan pertama yang menjalankan konsep QCC adalah Nippon Wireless and Telegraph Company pada tahun 1962,” tutur Taheran.
QCC juga dibawa masuk dan diterapkan di Indonesia melalui PT. Astra International, kemudian diterapkan juga di pemerintahan dan BUMN oleh Sudomo di era tahun 1980 an dengan nama Gugus Kendali Mutu ( GKM ). Selanjutnya di Pertamina dengan nama Continuous Improvement Program ( CIP ).
Anggota CIP pada umumnya adalah karyawan yang bekerja pada unit yang sama dengan jumlah anggota yang ideal sekitar tujuh sampai delapan orang dan masing-masing terdiri dari fasilitator, pemimpin tim (team leader) dan anggota.
Pembentukan CIP ini harus mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen dan melaporkan tujuan CIP, serta rencana tindakan pemecahan masalah yang akan diterapkan kepada manajemen perusahaan. Keputusan dan penerapan rencana tindakan pemecahan masalah tersebut harus mendapatkan persetujuan dan dukungan penuh dari pihak manajemen.
Tugas fasilitator diantaranya adalah memberikan pelatihan kepada pimpinan tim dan juga anggota tim serta mengkordinasi jalannya kegiatan CIP ini. Fasilitator juga berfungsi sebagai mediator antara CIP dengan pimpinan perusahaan (manajemen).
Sedangkan tugas pimpinan tim adalah memimpin CIP secara aktif, bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan CIP, mendorong anggota untuk berperan aktif, menjadwalkan dan mengelola jalannya pertemuan serta bersama dengan fasilitator memberikan pelatihan kepada anggota CIP.
Melalui Kegitan CIP, perusahaan juga dapat memotivasi karyawan, meningkatkan kemampuan karyawan dalam pemecahan masalah, meningkatkan keterlibatan karyawan serta menanamkan kesadaran karyawan tentang pentingnya pencegahan masalah.
Tahapan-tahapan proses pemecahan masalah dalam CIP diantaranya mengumpulkan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, memilih dan menetapkan prioritas masalah yang akan diselesaikan, menetapkan target untuk masalah yang akan diselesaikan, menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah, di dalamnya termasuk merekomendasikan solusi atau rencana pemecahan masalah kepada manajemen perusahaan.
Melaksanakan dan menerapkan tindakan pemecahan masalah yang telah disetujui oleh manajemen perusahaan, monitoring and evaluasi hasil pelaksanaan, melakukan standarisasi. Terakhir membuat rencana berikut ( meneruskan pemecahan masalah pada tahap awal atau memecahkan masalah baru).
Pria asli Tuban ini menutup sambutannya dengan dua kata kunci betapapun canggihnya peralatan dan tekhnologi maupun sistem yang ada dalam organisasi, akhirnya faktor manusia juga yang menentukan berhasil tidaknya organisasi mencapai sasaranya.
Mengutip teori Maslow dan Herzberg, bahwa kompensasi dan fasilitas bukanlah merupakan jaminan seseorang termotivasi dalam melakukan tugasnya, tetapi mereka juga membutuhkan penghargaan atas dirinya dan kesempatan untuk merelasikan dirinya.
"Berdasarkan uraian tersebut, selanjutnya dapat dikemukakan bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya sasaran dan tujuan organisasi," tutupnya. [ali/ono]