Kades Tegalbang Minta Ada Riset, DLH: Peta Gas Tuban hanya di Sumber Merakurak

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Kepala Desa Tegalbang, Kecamatan Palang, Yudi meminta Pemerintah Kabupaten Tuban khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk menindaklanjuti munculnya gas di sumur warga pada Jumat (26/11) sore.

Gas yang muncul ketiga kalinya itu, diharapkan pemdes ada riset untuk mengetahui potensi tidaknya untuk dikelola. Bila potensi tersebut besar tentu dapat bermanfaat bagi warga Tegalbang.

"Sudah ada tiga titik gas di Tegalbang. Pertama tahun 1993, 2000-an dan akhir 2021 ini. Perlu ada riset dan riset apakah potensial gas alam tersebut," kata Yudi kepada reporter blokTuban.com di penemuan gas Dusun Banjarsari, Tegalbang RT3 RW3.

Bila hasil riset membuktikan sumber gasnya kecil, tentu pemdes dapat menginformasikan ke warga. Supaya ada kejelasan dan terkesan sumber gas dibuang sia-sia.

Menanggapi munculnya gas diduga jenis metana (CH4) di Desa Tegalbang, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tuban, Bambang Irawan belum ke lokasi. Baru mengetahuinya saat dikabari reporter blokTuban.com.

"Kami menduga gas metana dari TPA Gunung Panggung. Kemungkinan besar gasnya mengalir dari goa bawah tanah, tapi akan cepat hilang jika jenisnya gasmMetana," sambung Bambang.

Soal peta gas di Tuban, Bambang mengatakan bahwa yang terbesar ada di wilayah Sumber Kecamatan Merakurak. Lokasi tersebut sekarang dikelola PHE Tuban East Java (TEJ).

"Untuk di Tegalbang tidak ada jalur gas yang potensial," bebernya.

Diketahui, gas di Tegalbang keluar dari sumur warga kedalaman 120 meter. Lahan tersebut sebelumnya milik Mbah Setu, kemudian dibeli oleh warga Dusun Ngemplak, Desa Bejagung, Kecamatan Semanding. Rencana pemilik lahan sumur tersebut untuk pengairan, akan tetapi yang keluar gas dan lumpur dengan bau seperti karbit.

Warga sekitar Lik Raharjo (47) yang rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari lokasi sumur menceritakan proses keluarnya gas. Awalnya saat dikedalam mendekati 100 meter muncul lumpur dan terus ada tekanan dari bawah.

Baru tinggal semalam waktu pengeboran, ternyata lumpur berwarna abu-abu tidak berhenti keluar dari mulut sumur. Setelah dicek ternyata ada tekananngas dan begitu gasnya keluar baunya menyengat.

"Tau kalau itu gas saat disulut api menyala. Lumpurnya saat disulut juga menyala," sambung Lik di sekitar sumur ditemani putranya.

Pengeboran di lahan milik warga Bejagung, kata Lik sudah pindah tiga kali. Di titik pertama dan kedua mata bor tidak kuat karena terbentur batu di kedalaman 40-an meter. [ali/ono]