Batik Motif Khas Desa Bejagung Sebagai Produk Unggulan untuk Supporting Pariwisata

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Adanya potensi wisata religi Makam Sunan Bejagung di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban menjadikan Pemerintah Desa Bejagung ingin membranding dan mensupport pariwisata tersebut dengan suatu produk unggulan Desa. Terlebih, saat ini Makam Sunan Bejagung telah mendapatkan penghargaan dalam Anugerah Wisata Kabupeten Tuban (AWK) Tahun 2021 sebagai wisata religi terbaik.

Aang Sutan, Kepala Desa Bejagung mengatakan produk unggulan tersebut haruslah menjadi icon yang mana minimalnya warga Bejagung harus menjadi pengguna pertama dari produk tersebut. Icon-icon dari Desa Bejagung, seperti Watu Gajah, sawo, gapura, dan Sumur Giling tersebut ditumpahkan ke dalam motif-motif kain batik.

“Saya awalnya yang promosikan, ini lho batik khas Bejagung, motifnya khas Desa Bejagung, sehingga ada rasa penasaran dari warga dan kebanggan tersendiri ketika punya batik khas desa, ” jelasnya saat ditemui reporter blokTuban.com pada Jumat (12/11/21).

Ia melanjutkan bahwa produksi batik khas Desa Bejagung haruslah warga desa sendiri untuk menumbuh kembangkan UMKM yang ada. “Alhamdulillah sudah berjalan dan batik-batik ini sering kita pakai juga untuk banyak kegiatan,” ungkapnya.

Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala, seperti belum dipatenkannya motif-motif tersebut dan kurangnya SDM pada proses produksi batik.

Untuk mengembangkan SDM warga Desa Bejagung, Pemdes bekerja sama dengan BLKI membuat pelatihan membatik selama satu bulan untuk warga desa. “Harapan saya dulu, ada satu dua orang yang nantinya berhasil membuat batik dan produksi untuk seterusnya. Alhamdulillah di gerainya untuk produk batik ini saat ini sudah habis laku terjual,” jelansya.

Aang juga mengatakan bahwa targetingnya untuk produksi batik khas Desa Bejagung ini minimal bisa memproduksi 40-50 lembar kain sehingga ketika adanya kunjungan dari luar, pemerintah desa bisa membantu menjualkan kepada mereka sebagai produk unggulan milik desa.

Pemasaran batik khas Bejagung tersebut memang sudah berjalan, namun karena situasi pandemi Covid-19 marketingnya memang masih menjadi PR yang harus dipikirkan lebih lanjut. Batik khas Desa Bejagung tersebut juga sudah dipamerkan di Pendopo Krida Manunggal Tuban beberapa waktu yang lalu, akan tetapi karena space terbatas sehingga undangan tersebut hanya untuk travel agent sejawa timur, belum masyarakat.

“Banyak tugas yang berat, salah satunya itu marketingnya. Kita bisa produksi kalau marketingnya nggak jalan kita harus fokus ke marketing, memang banyak tantangan tapi kita berharap untuk selalu memberikan inspirasi,” ujarnya.

Sebenarnya prioritas utamanya adalah kesehatan warga masyarakat mulai dari bayi sampai lansia, sehingga ketika warga sehat maka mereka akan produktif dan perekonomian akan berjalan dengan baik. “Peran pemerintah desa mencari SDA, SDM, SDE, mengajak masyarakat bersama-sama dan berkolaborasi sehingga ketika nantinya mereka tahu hasilnya akan turut serta untuk supporting,” paparnya.

Pogram produk unggulan ini sudah jauh lebih dulu sebelum adanya program one village one product yang dicetuskan oleh Pemkab. Aang juga mengatakan bahwa tujuannya lainnya adalah untuk memberdayakan warga-warganya untuk bekerja dan bangkit dari keterpurukan. [din/sas]