Gerilya Petani Tembakau Tapen di Tengah Pandemi

Reporter : M. Anang Febri

blokTuban.com - Teriknya matahari di kawasan persawahan Desa Tapen, Kecamatan Senori menggiring beberapa petani tembakau menepi. Mereka beranjak dari lahan tembakau menuju warung, sekedar melepas dahaga memesan es beserta kopi.

"Sudah hampir habis ini. Tinggal panen daun kecilnya saja," kata Pak Samuri, seorang petani tembakau di Desa Tapen, Kecamatan Senori, Senin (1/11/2021).

Di balik tren pertanian yang berubah-ubah, sambung Pak Sam, ia dan sejumlah petani desa setempat masih saja mengandalkan tanaman tembakau sebagai pertanian sekunder. Mempertahankan hidup buat putaran ekonomi selagi pandemi masih ada ditengah pemulihan perekonomian masyarakat.

Sudah lama petani disana menekuni pertanian tembakau. Bukan tanpa sebab, selain mereka memiliki bekal ilmu serta pengalaman yang kuat dari masa ke masa, komoditas tembakau juga menjadi konsumsi rokok pribumi.

"Kebanyakan pembeli rata-rata dari Jawa Tengah-an. Sebagian besarnya dijual, sebagian kecilnya untuk dilinting sendiri, untuk rokok," lengkapnya.

Dari segi perawatan, tanaman tembakau terbilang mudah dalam pengolahannya. Petani tembakau yang telah lama menggeluti bidang ini punya aneka ragam antisipasi hama. Juga takaran siram air, yang menjadi kunci hidup tanaman tembakau di tanah Tapen-Senori.

"Alasan kenapa kok masih tanam tembakau, ya suka saja. Toh, banyak yang beralih ke tanaman lain. Dan hanya sedikit yang masih bertahan bercocok tanam tembakau," papar Pak Jarwo, petani tembakau lainnya.

Dari penjualan panen tembakau miliknya beberapa waktu lalu, harga yang ia peroleh bisa dikatakan cukup. Yakni dikisaran Rp 25.000 per Kg. Itupun dari daun pertama yang punya kualitas bagus.

"Ya cukup saja, dari pada gagal panen lah. Harapannya bagaiamana ke depan pemerintah bisa lebih memperhatikan lagi upaya petani tembakau disini," pungkasnya lelaki tua yang dipenuhi syukur itu ketika ditemui blokTuban.com. [feb/sas].