Reporter : Ali Imron
blokTuban.com – Film pendek merupakan sebuah film dengan durasi pendek, sempel serta bernuansa kompleks. Academy of Motion Picture Arts and Sciences bahkan mendefinisikan film pendek adalah film orisinil yang berdurasi kurang dari 40 menit.
Di era milenial, film pendek tidak hanya diproduksi oleh tokoh terkenal maupun orang-orang di perkotaan. Film pendek karya anak daerah belakangan patut diperhitungkan karena lebih kaya akan nilai kearifan lokal, seperti film pendek dengan judul Pusaka karya Feleehouse Tuban, Jawa Timur.
Film yang diproduseri Reza agung Priambodo dan disutradarai Dodot sekaligus penulis naskah sukses menyabet penghargaan Film Terbaik 1 dalam Festival Film Pendek Sehat Tentrem yang bertema "Sumpah Pemuda dalam kebangkitan nasional yang sesungguhnya" dan berhak mendapat hadiah senilai Rp 12juta.
Dalam prosesnya, crew yang terlibat Edo (editor&DOP), Dani (Cameraman), Andri (Lightingman), dan Febri (artistik). Kepada blokTuban.com, Sabtu (30/10/2021), Dodot mengatakan lewat Film “Pusaka” pihaknya ingin mengartikan sumpah pemuda dalam kebangkitan nasional yang sesungguhnya melalui gerakan nyata seorang pemuda di masyarakat dengan realita sosisal yang umum terjadi. “Karena yang terpenting untuk saat ini sebagai pemuda bukan hanya bisa mengucapkan sumpah pemuda, namun juga harus melakukan gerakan nyata,” tutur Dodot.
Untuk cerita pada film ini, lanjut Dodot didasari oleh kegelisahan seorang pemuda bernama Dimas, dengan latar belakang sebagai pemuda yang baru menyelesaikan bangku kuliah. Tokoh tersebut menyimpan kebingungan yang mendalam tentang apa yang akan dilakukan ke depan, apalagi sepeninggal bapak dan ibunya yang menambah beban luar biasa dalam hidup Dimas.
Kakek Dimas adalah satu-satunya tempat mecurahkan isi hatinya, dengan tenang memberikan petuah-petuah untuk membangkitkan semangat cucunya agar jangan menyerah dan memulai kembali pencariannya sebagai seorang pemuda yang berguna bagi bangsa dan negara.
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa jadilah pemuda Indonesia yang tangguh dan bertekad kuat. Saatnya bangkit, terus maju, membawa berkah dan manfaat bersama bagi bangsa dan negara Indonesia,” imbuh Dodot sembari menjelaskan gambaran singkat alur filmnya.
Dari 102 peserta festival film se-Indonesia, Dodot bersama tim awalnya tidak yakin akan mendapat penghargaan yang terbaik. Apalagi setelah melihat peserta lain seperti Sineas Jakarta dan Jogja yang dirasa sudah lebih berpengalaman di wilayah perfileman.
“Sempat gak yakin soalnya filmya yang lain juga bagus, dari kualitas gambar dan teknis Sineas Jogja dan Jakarta mantab. Ternyata kita masih unggul di wilayah rasa,” tegasnya.
Dodot berpesan kepada kawula muda untuk tidak minder berkarya meskipun dari daerah kecil seperti Tuban. Asalkan ada kemauan dan tekad yang kuat, maka mimpi ke nasional akan menjadi kenyataan.
Sebelumnya, pada final festival pahlawan desa yang memperebutkan piala Megawati tahun 2021, Kabupaten Tuban juga menjadi juara favorit melalui karya video dokumenter pahlawan Desa Sobontoro, Kecamatan Tambakboyo.
Karya dengan durasi 9 menit 41 detik tersebut diproduksi di rumah produksi Mai Cinema, produser Ita Hariyanti, disutradara Dodot, kameramen dan editor Isnan bekerjasama dengan BKN Kabupaten Tuban dan Pemuda Harapan Kampung (PHK) masyarakat Desa Sobontoro. [ali/sas]