Jago Bisnis Desain dan Ilustrasi, Pemuda Tuban Diundang ke Wakatobi Ilustrasikan Aset Budaya

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Memiliki suatu pekerjaan berdasarkan hal-hal yang disukai mungkin jadi impian bagi banyak orang, terlebih jika hobi atau hal-hal yang disukai dapat menciptakan suatu bisnis yang menghasilkan. Meskipun demikian, menjalankan bisnis dari sebuah hobi juga tidak semudah yang terlihat. 

Salah satunya adalah Muhammad Ainur Ridho. Laki-laki asal Kabupaten Tuban tersebut adalah seorang illustrator dan desainer yang memulai karir dari hobinya menggambar. Inung, sapaan akrabnya memiliki hobi menggambar sejak kecil dan mulai tertarik pada dunia desain sejak kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

“Awalnya aku ya cuma sekedar seneng aja nggambar, seneng mengekspresikan sesuatu lewat gambar, gitu aja,” jelasnya pada Selasa (19/10/2021).

Ia juga mengaku bahwa dahulu tidak tahu menahu bahwa dengan menggambar atau mendesain sesuatu bisa menghasilkan uang. Pemuda 23 tahun tersebut bercerita bahwa pertama kalinya tahu bahwa desain gambar bisa memiliki nilai jual saat sudah duduk di bangku SMK. 

“Pertama kali gambarku dibeli itu dibuat cover novel. Itupun aku nggak tahu awalnya. Temannya omku minta tolong buat gambar, ya tak gambarin aja karena memang seneng gambar. Begitu hardcovernya tak berikan, aku dikasih uang Rp 100.000,” ceritanya. 

Dari situ ia mulai mengulik lebih dalam tentang gambar dan mulai mengupload beberapa gambarnya di instagram. “Bahkan saat itu lebih banyak gambarku daripada fotoku sendiri,” ujarnya. 

Sampai saat inipun hasil gambar-gambar yang telah dibuatnya saat SMK masih tersimpan di feeds instagramnya, Ia mengaku tidak akan menghapusnya karena hal itu adalah bagian dari prosesnya untuk berkembang. Inung juga mengaku bahwa dirinya tidak membatasi apapun yang ingin ia gambar.

 “Aku generalis banget, apapun tak gambar, Mau gambar doraemon ya gambar aja, cuma biasanya tak kasih beberapa sentuhan yang aneh dan berbeda,” paparnya.

Semasa duduk dibangku SMK tersebut, Ia mulai lebih dalam mempelajari tentang dunia desain dan gambar melalui kenalannya. Ia banyak melakukan sharing-sharing bersama teman-temannya yang sehobi. 

“Dari situ kayanya aku tahu kalau sukanya di lettering dan mulai lebih dalam lagi ngulik tentang lettering,” ujarnya. 

Dari hobinya menggambar tesebut banyak hal yang bisa didapatkanya. Ia mengatakan bahwa masuk kuliah DKV juga gara-gara menggambar. Di masa kuliah tersebut Inung mulai melakukan bisnis freelance jasa desain ataupun ilutrasi.

 “Biasanya bikin logo, atau brand-brand usaha. Kalau ditanya tarifnya berapa nggak bakal bisa jawab di awal karena harga desain itu tergantung kebutuhannya apa, marketnya siapa, kliennya siapa,” jelasnya. 

Ia juga mengatakan bahwa baru yakin membuka usaha freelance tersebut saat semester 2 kuliah, yakni sekitar tahun 2018. Dari sana, ia akhirnya terus konsisten mengembangkan desain-desainya. 

“Ya semuanya step by step, nggak bisa langsung dikenal dan perlu waktu” terangnya. 

Inung juga sering melakukan kerja sama dengan berbagai brand luar maupun lokal.

Selain freelance yang dilakukannya, Inung juga memiliki jasa mural yang awalnya ia lakukan berdua bersama salah satu temannya sejak tahun 2017 silam yakni proyek iseng (@proyekiseng.co). 

“Awalnya cuma seneng-seneng aja, kebetulan aku sama temenku, Iqbal namanya itu punya pandangan yang sama dan pengen bikin jasa mural. Misalkan mural tempat kopi, hotel, dan banyak lah,” jelasnya. 

Ia dan temannya tersebut sudah seringkali mendapatkan project-project untuk jasa mural seperti di Cincau Station, Soto Asaka, bahkan salah satu pabrik kain di Surabaya. 

“Paling jauh dapat project di Kendal, Jawa Tengah buat Beomicco. Toko tembakau,’’ katanya.

 Ia juga menambahkan bahwa pada tahun 2019, tim proyek iseng sudah lebih tertata dan teratur.Beberapa hal lain yang tidak pernah dipikirkan Inung dari hasil hobinya adalah Ia pernah diundang sebagai volunteer Karya Langit Foundation di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. 

Di sana Ia menjadi illustrator untuk mendokumentasikan aset-aset budaya ke dalam bentuk ilustrasi. 

“Siapa sangka bisa ke Wakatobi, kalau ibarat ngeluarin uang sendiri ya bisa habis jutaan kalau mau ke sana. Semuanya difasilitasi, jadi ketika ada kesempatan itu ya diambil,” ujarnya.

Inung juga mengatakan bahwa dalam perjalanannya memulai hobi dan berkarir di bidang tersebut didukung penuh oleh orang tuanya. 

“Orang tuaku dukung penuh sih, yang penting aku seneng ngejalaninya. Cita-citaku itu sih, bisa bekerja, bermain, dan bersenang-senang di waktu bersamaan,” pungkasnya.[din/ono]