Reporter: Nur Malinda Ulfa
blokTuban.com - Ziarah ke makam sanak saudara yang telah meninggal dunia, merupakan tradisi masyarakat yang sampai saat ini masih terjaga.
Ziarah kubur ataupun nyekar, biasanya dilakukan setiap memasuki bulan ramadan, serta menjelang lebaran dan saat lebaran. Ratusan hingga puluhan masyarakat memadati pemakaman-pemakaman yang ada di daerah itu hingga terkadang menyebabkan kemacetan.
Seperti di tempat Pemakaman Umum Desa Kedungharjo, Kecamatan Widang, Tuban, dua hari menjelang Lebaran masyarakat mulai memadati tempat pemakaman. Sejumlah masyarakat membawa air serta bunga untuk ditabur di atas pemakaman sanak saudara yang telah meninggal dunia.
“Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri tempat pemakaman dipenuhi oleh warga, tidak hanya di hari raya saja namun sebelum memasuki bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Adha juga banyak yang ziarah,” kata Musdar (60) penjaga pemakaman di Desa Kedungharjo.
Tidak banyak ritual yang dilakukan saat berziarah, saat di pemakaman peziarah membaca surat yasin, tahlil dan berdoa serta membersihkan pemakaman kerabat dan sanak saudara jika terlihat semak serta kotor.
Sementara itu, Suroso (50), peziarah lainnya mengatakan, pada saat Hari Raya Idul Fitri, ia selalu mudik ke kampung halaman. Salah satu alasannya yakni hendak berziarah ke makam kedua orang tuanya,saudara dan sanak famili yang dimakamkan di pemakaman itu.
“Saya sekarang tinggal di Bojonegoro, setiap tahun selalu mudik karena ingin ziarah ke makam orang tua, karena sudah menjadi tradisi jadi kalau tidak dilakukan seperti ada yang kurang,” kata Suroso.
Tradisi ziarah kubur tersebut biasanya ramai dilakukan mulai dari H-2 sampai dengan H+3 hari raya. Berlangsung sejak pagi sampai sore sekira pukul 17.00 Wib. Bahkan tidak jarang di luar hari-hari itu masih terdapat sejumlah warga yang datang untuk berziarah ke makam saudara dan kerabatnya. [ulf/col]