Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Untuk terus meningkatkan penjualan di masa pandemi Covid-19, Kedai Kimchi Chingu berlokasi di Andalusia Square Tuban Jalan Basuki Rahmat akan memberikan layanan Home Service bagi pelanggannya.
Layanan tersebut bisa menjadi alternatif bagi pecinta makanan Korea di Kabupaten Tuban dan sekitarnya. Seiring dengan pembatasan PPKM di Tuban oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Berkumpul dengan teman atau keluarga di rumah, layanan Home Service makanan Korea bisa menjadi alternatif santapan hangat. Terlebih saat ini Tuban sedang berlangsung musim penghujan.
"Kita sediakan makanan Korea porsi besar untuk bisa dinikmati bersama keluarga di rumah. Disewakan kompor, panci, lengkap dengan bahan makanannya untuk dikirim ke rumah customer. Kalau sudah selesai diambil kembali peralatannya," tutur Kamala, Owner Kedai Kimchi Chingu kepada reporter blokTuban.com, Sabtu (30/1/2021).
Makanan tradisional Korea tersebut disajikan dalam bentuk modern dengan resep asli yang sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia khususnya Tuban.
Menu-menu yang ditawarkan di kedainya benar-benar asli makanan tradisional dari Korea. Tingkat kepedasan setiap makanan ditambah sesuai lidah pengunjung dan masyarakat Tuban ternyata menyukai makanan Korea.
Diantara menu favorit pelanggan adalah daging panggang atau Bulgogi hanya Rp30.000. Daging sapi panggang ini dilengkapi bumbu khas Korea dan disajikan dengan selada, cabe, bawang putih atau bisa juga dimakan dengan nasi putih.
"Menariknya pengunjung bisa memanggang sendiri dagingnya. Ada pengalaman membakar daging sesuai tingkat kematangan yang disukai," imbuhnya.
Sup Merah Pekat atau Budae Jjigae harganya Rp50.000. Disajikan dengan isian mie ramyeon, sosis, jamur, kue beras, kue ikan, dan keju. Sajian nasi atau Kimbap yaitu nasi gulung khas Korea dengan isian telor dan aneka sayuran harganya Rp20.000.
Mie kuah pedas Korea atau Ramyeon ini disajikan dengan panci, sendok dan sumpit khas korea yang diimpor langsung. Ketika makan mie tersebut pengunjung serasa ada di Korea.
Menu lain yang tak kalah enak yaitu Dolsot Bibimbap yaitu nasi campur khas Korea yang terdiri dari sayuran, daging, telur, dan saus cabe merah yang khas. Disajikan dalam mangkok batu panas asli Korea dan harganya Rp25.000.
Bagi pecinta nasi goreng, Kimchi Chingu juga menyediakan menu Kimchi Bokkeumbap yaitu, nasi goreng kimchi (acar pedas Korea) dengan topping sosis, telur dan rumput laut panggang dengan harga Rp20.000.
Kamala yang merupakan Bendahara HIPMI Kab.Tuban juga menyediakan sajian mie atau Ramyeon. Seperti Spicy Ramyeon, Cheese Ramyeon, Rapokki (Ramyeon Tteokbokki), dan Jjajangmyeon. Dengan harga terjangkau mulai dari Rp18.000 sampai Rp22.000 per porsinya.
Pengunjung juga bisa mencicipi kue beras Korea atau Tteok. Seperti Tteokpokki dan Tteok Kkochi dengan harga kisaran Rp15.000 hingga Rp20.000. Tersedia pula jajanan khas Korea atau Ganshik seperti, Hotteok dan Korean Honey Toast dengan harga masing-masing Rp12.000 dan Rp15.000.
Diketahui, perempuan yang berdomisili di Perum Puri Indah Kelurahan Latsari, Tuban memulai bisnisnya sejak tahun 2017 tepatnya tanggal 4 September. Berawal dari kesukaannya dengan negeri Gingseng dan musik K-Pop, alumnus Universitas Brawijaya jurusan Ilmu Komunikasi Bisnis ini memutuskan untuk membuka kedai makanan di Tuban.
Ia memilih bisnis kuliner bukan tanpa sebab. Bersama teman pecinta Korea sejak 2009 atau saat masih kuliah, dan sering makan di Restoran asli Korea yang ada di Surabaya ataupun Jakarta ketika libur.
Di awal buka kedai, Kamala harus menyesuaikan lidah orang indonesia. Beberapa kali percobaan pun dilakukan dengan resep asli Korea yang dimilikinya.
Pada kisaran tahun 2019, ia sempat juga studi banding ke Korea untuk membandingkan rasa makanan asli seperti apa dan yang disukai oleh masyarakat. Bersama temannya sebagai translator, Kamala bertemu dengan owner restoran Halal Kitchen Korea, yaitu Mr. Hassan K.Y Lee.
Didapatkanlah cerita perjalanan owner tersebut sebagai seorang muallaf dan menjalani bisnis makanan korea yang halal di Kota Seoul.
Lebih dari itu, Kamala membuka bisnisnya dengan modal cukup sedikit yaitu Rp2.000.000 untuk membeli peralatan makan yang diimpor langsung dari Korea. Berjalannya waktu, kemudian baru bisa sewa ruko sendiri dan membeli peralatan yang lain. Sekaligus mendekor kafenya dengan dekorasi khas Korea.
Selama membuka kedai, omset Kamala per hari minimal Rp1 juta lebih. Paling ramai pengunjung saat hari libur nasional, yang datang rata-rata para pekerja atau pendatang.
Untuk resep makanan, Kamala sendiri yang meraciknya karena yang berangkat studi ke Korea sendiri dan sejak dulu belajar memasaknya. Sekarang sudah bisa dikerjakan oleh karyawan dengan sistem auto pilot karena butuh belajar untuk meraciknya.
Kamala mengaku pandemi Covid-19 cukup berpengaruh pada bisnis makanannya. Dengan banyaknya pembatasan, omsetnya turun lumayan banyak sekitar 50 persen.
Akhirnya Kamala melakukan berbagai inovasi untuk bertahan di era pandemi. Salah satunya membuat makanan Korea instan yang bisa dimasak sendiri oleh pelanggan di rumah masing-masing.
Perlu dipahami kedai Kimchi Chingu awalnya buka setiap hari mulai jam 14.00-22.00 WIB. Di masa pandemi berubah dan dibatasi mulai pukul 14.00-21.00 WIB dengan mengikuti protokol kesehatan.
Ia membatasi jumlah customer yang masuk ke kedainya dengan tetap menjaga kebersihan. Pengunjung tetap bisa makan di kedai dengan taat prokes.
Selain jual makanan Korea yang enak dan terjangkau, Kimchi Chingu juga menjual pengalaman berupa dekorasi tradisional Korea dan alat makan diimpor langsung dari Korea.
Pengunjung juga bisa mencoba baju tradisional Korea yaitu Hanbok dengan menyewanya. Bisa juga foto-foto ataupun bergaya ala masyarakat Korea.
Terakhir, Kamala berpesan kepada pebisnis pemula yang ingin memulai bisnis di era pandemi. Bisnis yang telah dipilih sebaiknya tetap dijalankan karena kita tidak akan pernah tahu kalau belum mencobanya.
"Kalau sudah punya konsep dan produk bahkan tahu cara memasarkan, tetap jalan aja karena di era pandemi banyak hal yang bisa dilakukan untuk menarik minat pengunjung," pungkasnya. [ali/ono]