Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Pandemi Covid-19 belum berakhir hingga saat ini. Pemerintah terus berupaya agar rantai penularan Covid-19 bisa ditekan, salah satunya dengan merencanakan pengadaan vaksin.
Akan tetapi tanpa dukungan masyarakat, program vaksinasi tentu tidak akan bisa berjalan lancar apalagi menekan penularan Covid-19. Masyarakat perlu proaktif dengan cara terus disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak) bahkan sampai nanti vaksin sudah hadir.
dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH. Pakar Imunisasi menjelaskan, protokol kesehatan 3M itu berdasarkan penelitian dari WHO dan telah ditetapkan sebagai standar bagi semua negara. Jadi, jika tidak dilakukan, kemungkinan tertular Covid-19 itu 100 persen.
Namun, jika mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik, itu menurunkan risiko penularan hingga 35 persen. Begitu juga jika menggunakan masker biasa yang tiga lapis, akan mampu menurunkan risiko penularan hingga 45 persen.
Sedangkan jika menggunakan masker bedah yang warnanya hijau atau biru menurunkan risiko penularan hingga 70 persen. Sementara menjaga jarak aman, akan menurunkan risiko penularan hingga 85 persen.
"Jadi yang berkerumun itu saya rasa keterlaluan sekali karena abai kepada dirinya sendiri dan orang di sekitarnya," ujarnya pada acara Dialog Produktif, bertema “Siapkan Kedatangan Vaksin” yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), beberapa waktu lalu.
Pernyataan dr. Elizabeth juga didukung tenaga kesehatan lainnya yang kini tengah merawat pasien Covid-19. Di antaranya, Lia Gustina AMD.Kep, relawan tenaga kesehatan yang sudah bertugas sejak April di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wism MB 3hva Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.
“Saya berharap kepada masyarakat, untuk tetap menjaga protokol Kesehatan 3M dan tidak berkerumun meski ada vaksin nantinya. Tetap mendukung kami yang ada di garda terdepan," tegasnya.
Selain itu, dr. Elizabeth juga mengingatkan, agar masyarakat sadar, kapasitas produksi vaksin tidak akan cukup untuk semua penduduk, sudah pasti vaksinasi nantinya akan bertahap. Sehingga 3M harus tetap dialankan, bahkan setelah divaksinasi.
"Sehingga dengan begitu, masker dan hand sanitizer harus terus dibawa sebagai budaya kita ke depannya," ulasannya panjang lebar.
Terkait program vaksinasi nanti, tentu Pemerintah akan memberikan aturan mengenai yang akan bertugas memberikan vaksinasi dan siapa yang diberikan vaksin secara bertahap. Karena vaksin yang ada baru untuk kelompok tertentu, seperti misalnya yang diprioritaskan kepada tenaga kesehatan terlebih dahulu.
“Kenapa diutamakan tenaga kesahatan? Karena mereka yang menolong orang sakit, dan kalau tenaga kesehatan kita tertular, mereka bisa menularkan kepada orang lain, itu alasan yang harus bisa diterima," tandas dr. Elizabeth.
Lia Gustina, sebagai tenaga kesehatan kerap bertemu langsung dengan pasien Covid-19, sangat mendukung pengadaan vaksin Covid-19 oleh Pemerintah. Ia berharap agar segera diadakan vaksinasi agar tenaga kesehatan bisa terus menolong masyarakat yang terpapar Covid-19.
“Mewakili teman-teman di Wisma Atlet ini, saya sangat mendukung dan berharap pandemi ini akan segera berakhir, dan untuk kebaikan rakyat Indonesia semua. Lalu bagi masyarakat di luar sana mari kita bersama-sama memutus rantai penyebaran Covid-19 ini dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak terutama dengan tidak berkerumun," ujarnya.
Saat vaksin belum ada, kata dia, cara memutus rantai penularan Covid-19, dengan tidak keluar rumah kalau tidak perlu sekali. Sebab, menurutnya itu sudah terbukti di Thailand.
Di sana, lanjut dia, sudah 5 bulan tidak ada penularan antar penduduk. Kasus Covid-19 hanya berasal dari pendatang. Pendatang yang masuk Thailand di screening dan apabila positif, dikarantina dua minggu.
"Indonesia belum bisa melakukan hal tersebut, karena orangnya belum disiplin. Kalau semua bisa disiplin saya yakin Indonesia bisa seperti Thailand," tutup dr. Elizabeth. [rof/col]