Reporter : Sri Wiyono
blokTuban.com – Industri minyak dan gas (migas) di Indonesia sedang mengalamai Triple Shock, yakni melemahnya harga minyak dunia, tingginya nilai tukar dolar dan pandemic global Covid-19.
Karena itu, sejumlah kebijakan dilakukan oleh perusahaan migas agar terus bertahan di tengan pandemi. Asset 4 Pertamina EP juga melakukan kebijakan tersebut, salah satunya adalah menjadwal ulang pemboran sumur minyak.
“Dapat kami sampaikan juga, bahwa hingga akhir tahun 2020 kegiatan pemboran sumur baru sementara ditiadakan. Pemboran ditunda ke tahun 2021. Selain karena kondisi triple shock juga karena sedang dalam proses IPPKH dan penyiapan lokasi bor, ‘’ ujar Asset 4 General Manager PT Pertamina EP Agus Amperianto, Rabu (06/05/2020).
Selain itu, lanjut Agus, pihaknya juga menerapkan Cost Leadership melalui evaluasi Rencana Kerja Bor / Work Over / Well Intervention berdasarkan keekonomian dengan sensitivitas harga minyak.
Selain fokus terhadap peningkatan produksi, Asset 4 juga tetap berupaya meningkatkan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi yang salah satunya kegiatan Seismik di Papua. Kegiatan ini telah selesai dilakukan Februari 2020 lalu. Saat ini masih dalam tahap evaluasi untuk pengembangan lapangan lanjut di Papua.
“Selain itu, saat ini juga sedang berlangsung beberapa study inhouse GGRP untuk mendapatkan peluang-peluang baru di Field Cepu, Donggi Matindok, Sukowati dan Papua. Harapan kami, setelah kondisi ini berlalu, kami bisa catch up dengan rencana yang sudah ditetapkan dan bisa memenuhi target produksi migas secara nasional, ‘’ terang Agus.
Sementara itu, President Director PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, menambahkan bahwa Pertamina EP optimis untuk bisa melalui masa sulit ini akibat penurunan harga minyak dunia yang terjadi dengan sangat cepat dalam kurun waktu hitungan hari.
“Apalagi Pertamina EP memiliki pengalaman operasi di tengah rendahnya harga minyak sehingga kondisi saat ini bukan hal yang terlalu mengejutkan. Pertamina EP telah menyiapkan strategi jika kondisi anjloknya harga minyak terus berlangsung dalam waktu yang tidak lama,’’ kata Nanang.
Nanang meminta para Field Manager dan General Manager di masing-masing asset sebagai perpanjangan tangan manajemen Pertamina EP untuk melakukan efisiensi beberapa program yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi produksi. Pertamina EP tetap menjalankan WP&B dengan pelaksanaan seefektif mungkin.
“Tidak ada pembatasan biaya sepanjang setiap biaya yang dikeluarkan berdampak pada peningkatan kinerja, produksi, cadangan, HSSE, dsb. Hal-Hal yang tidak berhubungan dengan produksi dan peningkatan cadangan dan sebagainya, ya kita tidak lakukan,”tandasnya.[ono]