Reporter: Sri Wiyono
blokTuban.com – Perahu nelayan berukuran sedang itu meliuk-liuk diterjang ombak. Badan kapal bergerak tak beraturan. Harus berpegangan jika tak ingin limbung dan jatuh ke dalam geladak.
Posisinya agak ke tengah. Untuk mencapai perahu kayu itu, penumpang harus diusung dengan perahu kecil dengan mesin tempel dari bahan fiber. Empasan ombak tak bisa dihindari. Maka sejak dari perahu fiber itu, pakaian sudah basah.
Beberapa ibu yang ikut dalam rombongan panen ikan kerapu di keramba tengah laut berteriak-teriak ketika ombak menerjang perahu. Byurrr….dan pakaian mereka pun basah kuyub. Namun, mereka tertawa girang.
‘’Baru kali ini saya naik perahu. Ini pengalaman pertama. Cukup mengasyikkan. Terimakasih pak Amenan memberi pengalaman ini,’’ ujar para ibu tersebut.
Ya, mereka diajak ke tengah laut untuk memanen ikan kerapu di keramba. Jarak tempuh dari pantai sampai ke keramba sekitar 10 menit dari pantai. Tak jauh memang, dan tak lama waktu tempuhnya.
Namun, cuaca yang ekstrim dengan ombak besar di musim ‘baratan’ yang dimuali di akhir Desember lalu, membuat perjalanan sangat menantang. Bahkan, ada satu penumpang seorang ibu yang KO. Dia tak mampu berdiri, karena merasa pusing dan mual. Hanya tiduran di atas perahu saja.
Ibu-ibu yang lain, termasuk saya, turun ke keramba. Ombak besar membuat keramba goyang-goyang. Maka berjalan merangkaklah pilihannya, agar tidak tercebur ke laut atau ke keramba.
‘’Saya pertama kali turun di keramba juga terjatuh,’’ kata M. Amenan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) melihat perjuangan tamu-tamunya menuruni keramba.
Saya merasa baik-baik saja. Sampai selesai mengabadikan panen kerapu dan kembali ke perahu masih baik-baik saya. Namun, saat mesin perahu dihidupkan dan perlahan berjalan, rasa pusing tiba-tiba menyerang. Empasan ombak semakin terasa. Saya yang semua berdiri langsung mencari tempat di geladak perahu untuk duduk.
Satu tangan memegang erat pinggir perahu. Mata terpejam agar tidak semakin pusing. Maka perjalanan pulang tak lebih 10 menit itu terasa lama. Namun, begitu menjejakkan kaki ke pantai, pusing langsung sirna. Terlebih ketika sajian ikan bakar segar terhidang bersama sambal kecap dengan irisan cabai dan bawang merah. Wisata yang mengasyikkan.
Upaya untuk memberdayakan ekonomi masyarakat memang terus dilakukan. Berbagai sektor digarap untuk mewujudkan mimpi itu. Termasuk sektor perikanan dan wisata.
Saat ini, ada harapan baru untuk menambah penghasilan warga di pesisir pantai atau nelayan. Di Desa Bancar, Kecamatan Bancar ada kelompok pembudidaya ikan kerapu macan dengan sistem keramba laut.
Kelompok yang dibina Diskanak Tuban mulai menunjukkan hasil. Pembinaan yang dilakukan Diskanak, mulai dari pemberian bantuan untuk membuat keramba, pembelian benih, pakan dan kebutuhan lainnya.
Namun, juga pendampingan dan upaya pemberdayaan pada anggota kelompok. Bukan hanya pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) nya, namun juga pemberdayaan secara ekonomi. Sehingga, anggota kelompok tidak lagi kebingungan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
‘’Saya upayakan, setiap anggota kelompok mempunyai penghasilan bulanan atas apa dia kerjakan. Mereka mengelola kegiatan budidaya kerapu dengan gaji bulanan,’’ ujar Kepala Diskanak M. Amenan.
Meski masih di bawah UMK, namun gaji bulanan yang diterima anggota kelompok bisa mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Gaji tersebut masuk pada biaya operasional usaha kelompok.
‘’Ketika mereka panen, semua komponen operasional termasuk gaji sudah dimasukkan. Dan, dari hasil panen masih menyisakan Rp 9-10 juta setiap keramba,’’ ungkapnya.
M. Amenan menerangkan kegiatan panen ikan kerapu macan telah dilakukan sebanyak empat kali, sejak keramba mulai dikembangkan sekitar dua tahun lalu. Bobot ikan bisa sekitar 500-700 gram. Untuk sekali panen butuh 5-6 bulan. Jika harga jual ikan sebesar Rp 85 ribu per kilogram maka akan diperoleh pendapatan bersih sekitar Rp 45 - Rp 50 juta.
‘’Per bulan akan memperoleh pendapatan sekitar 9 juta. Dapat dikatakan budidaya ini sangat menguntungkan,’’ jelasnya.
Amenan menambahkan, saat ini kelompok binaan Diskanak Tuban telah memiliki 5 keramba. Masing-masing keramba terdiri dari 8 kotak budidaya dengan sebaran benih sekitar 3.500 sampai 4.000 benih. Investasi untuk satu keramba sekitar Rp 350 juta.
‘’Tahun ini akan kita tambah satu keramba lagi. Pak Bupati minta ada 10 keramba, sehingga bisa panen setiap bulan,’’ katanya.
Paket Wisata
Doktor di bidang perikanan ini menambahkan, mimpinya adalah menciptakan lokasi dalam sebuah paket wisata alternative. Pantai tempat keramba apung laut itu ditempatkan cukup indah pemadangannya.
Pantainya panjang dan hamparan pasir yang luas. Pantai juga tidak berlumpur. Selain itu, tak jauh dari lokasi budidaya, sudah ada lokasi wisata Sentono Water Park. Objek wisata ini merupakan inovasi Desa Bancar yang dikelola bersama warga desa.
‘’Saya menyiapkan dan mewujudkan obyek wisata itu selama dua tahun,’’ beber Amenan.
Saat ini wisata sudah ada dan tinggal membutuhkan pengembangan. Dia bermimpi menggabungkan konsep budidaya ikan di keramba apung dengan wisata tersebut. Pantai yang ada dipermak dan dibuat sebagus mungkin. Kemudian ditunjang wisata keramba dan kuliner ikan kerapu.
‘’Pantainya bagus, tak kalah dengan Bali. Kita unggul di view dan sarana pendukung. Ide ini sayang kalau tak direalisasikan. Bayangkan betapa ramainya lokasi ini jika dikembangkan wisatanya. Pendapatan warga akan meningkat,’’ sebut mantan Kabag Kesra pemkab Tuban ini.
Potensi wisata yang bisa dikembangkan misalnya, pemadangan pantai, permainan laut semisal banana boat, jet sky, sewa perahu, bahkan arena memancing di laut. Sarana bisa ditambahkan untuk menunjang semua mimpi itu menjadi nyata.
‘’Bukan sekadar mimpi jika ide ini dikeroyok bareng-bareng dari sekian OPD. Saya yang menyediakan ikan dan sarananya. OPD lain menangani wisata dan lainnya. Pembiayaan juga bisa disinergikan kalau memang konsep dan visi kita sama. Eman potensi yang bagus seperti ini tak dikembangkan,’’ tandasnya.[ono]