Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Meski di beberapa wilayah sudah memasuki musim penghujan, namun Desa Glagahsari, Kecamatan Soko, Tuban masih dilanda kekeringan. Akibat kekeringan ini pula para pekebun buah belimbing dan jambu mengeluh tanamannya tumbuh tak maksimal.
Hektaran tanaman pohon belimbing dan jambu, terancam mati sebab suplai air tak kunjung terpenuhi dengan baik seperti hari biasanya.
Lebih dari itu, kekurangan air di wilayah desa dekat bantaran Sungai Bengawan Solo itu juga menyebabkan tanaman tak lagi produktif. Imbasnya, warga pekebun dibuat repot oleh keadaan ini.
"Sudah lama warga sini nggak panen. Ya belimbing, ya jambu. Sejak habis Lebaran Idul Fitri kemarin," kata Jumirah, salah satu warga yang juga pekebun belimbing di Negeri Atas Air, sebutan lain wilayah kebun Desa Glagahsari, Sabtu (9/11/2019).
Kendati tak bisa memanen, sambungnya, akan tetapi perawatan tanaman masih banyak dilakukan oleh warga dan pekebun buah belimbing dan jambu di sana. Caranya, dengan memasok air dari sungai bengawan untuk dinaikkan ke kebun, menyirami tanaman-tanam pohon milik warga.
Dalam proses pengiriman kebun tersebut, dibutuhkan waktu variatif. Air dari sungai didistribusikan menggunakan mesin diesel selama 4 hingga 5 jam sekali siram.
"Per 1 jam kita bayar 25 ribu. Lamanya gak pasti juga, kemarin saya nyiram 5 setengah jam. Bayarnya ya tinggal mengalikan saja," tandasnya.
Hal senada juga dipaparkan oleh Yanto. Dalam kurun waktu kemarau tahun ini, setidaknya dua minggu sekali ia menyiram kebun-kebun belimbing miliknya secara rutin. Meski pengeluaran biaya terus mengalir, namun tak begitu dirisaukan olehnya.
"Sudah banyak pohon yang kering. Kalau pohonnya mati lebih susah lagi kita, mendingan disiram secara berkala saja biar gak layu dan mati," tukasnya. [feb/lis]