Biogas: Energi Terbarukan, Banyak Keuntungan

Reporter: Ali Imron

“Ramah lingkungan dan sangat menguntungkan,” kata Sutrisno, warga Desa Glodog, Palang, Tuban, saat ditanya seputar penggunaan biogas di tempat tinggalnya.

Pada 2015, Sutrisno bergabung dengan program Biogas yang difasilitasi oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), atas dukungan SKK Migas. Program ini bertujuan untuk mengenalkan dan meningkatkan penggunaan energi alternatif yang terbarukan.

Energi alternatif biogas dihasilkan dari kotoran hewan (sapi) yang telah terfermentasi dalam reaktor biogas. Kotoran sapi yang telah diproses dalam reaktor biogas tersebut akan kehilangan kandungan gas metana, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk pertanian yang ramah lingkungan. Gasnya dapat digunakan untuk memasak dan penerangan. Sisanya, untuk pupuk.

“Awalnya saya tidak tahu. Ternyata, manfaat biogas tidak hanya untuk rumah tangga, tapi juga untuk pupuk organik yang dapat meningkatkan kekebalan tanaman dari hama penyakit,” ujar Sutrisno yang bertani kacang dan padi.

Keputusannya untuk bergabung dengan program biogas membuka berbagai peluang baru. Salah satunya, ia menjadi anggota  bagian pemasaran, Koperasi Tunas Mekar Abadi. Koperasi berbasis usaha biogas yang berlokasi di Dusun Bentaro, Desa Glodog, Palang, Tuban.

Biogas sebagai sumber penerangan di dalam rumah
Keterangan Foto: Biogas sebagai sumber penerangan di dalam rumah

 Melalui pengolahan kotoran sisa (slurry) dari reaktor biogas, Koperasi Tunas Mekar Abadi berhasil meraup untung dari penjualan 2.100 kilogram pupuk organik ke pelanggan perorangan dan salah satu hotel di Tuban, pada 2018. Berkat pendampingan dari program ini, Koperasi Tunas Mekar Abadi mampu mengelola usaha berbasis biogas yang meliputi; pengumpulan, produksi, pengemasan, hingga pemasaran pupuk organik yang dinamakan Super Glonik (Suplemen Pertanian Glodog Organik).

Program Biogas merupakan wujud dari komitmen EMCL dalam mempromosikan pemakaian energi alternatif yang terbarukan. Dalam pelaksanaannya, EMCL bekerjasama dengan Yayasan Trukajaya, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang telah berpengalaman dalam pengembangan program biogas bagi masyarakat melalui pemanfaatan kotoran ternak. Melalui program ini, EMCL telah membangun 221 reaktor biogas di tujuh desa di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.

Penghargaan Platinum dari Corporate Forum for Community Development (CFCD) dan Badan Standardisasi Nasional pada Indonesia Sustainable Development Goals Award 2019 merupakan pengakuan keberhasilan program biogas ini.

“Biogas dapat menjadi solusi energi masa depan. Selain membantu kebutuhan energi rumah tangga, kandang ternak pun menjadi bersih dan kotoran sisanya dapat diolah menjadi nilai tambah untuk pertanian,” ujar Benny Kurniawan, Program Manager LSM Trukajaya.

Di Desa Glodog, sekitar 42 unit reaktor biogas telah dibangun dengan partisipasi penuh dari masyarakat yang tergabung dalam Koperasi Tunas Mekar Abadi. Melalui koperasi ini, para anggota penerima manfaat program biogas dilatih dan didampingi untuk memiliki keterampilan manajemen usaha, khususnya terkait pemanfaatan biogas. Berbagai kegiatan pendampingan juga dilakukan, termasuk pengembangan tata kelola organisasi, pemetaan potensi pasar, pembangunan rumah pupuk biogas, pelatihan penggunaan biogas, penyuluhan usaha produksi biogas, dan pengembangan desa mandiri energi.

Rohmat, Camat Palang, Kabupaten Tuban, mengaku senang program ini dilaksanakan di wilayahnya. “Sangat bagus sekali dan sangat mendukung produksi pupuk lokal, sehingga perekonomian masyarakat pun ikut terbantu,” ujarnya.

 External Affairs Manager EMCL, Ichwan Arifin, menyampaikan bahwa program ini merupakan wujud komitmen perusahaan yang membantu pemerintah untuk turut mengembangkan perekonomian masyarakat.

“Selain ramah lingkungan, pemanfaatan biogas juga memberikan harapan baru terhadap pengembangan energi alternatif yang terbarukan, serta peningkatan usaha berbasis biogas,” pungkas Ichwan. “Semoga masyarakat dapat meneruskan program ini secara mandiri dan berkelanjutan setelah memperoleh pelatihan dan pendampingan.” [ali/lis]


Sutrisno, warga asal Desa Glodog, Palang, Tuban, memproses kotoran sapi dalam reaktor biogas di halaman rumahnya.
Keterangan foto: Sutrisno, warga asal Desa Glodog, Palang, Tuban, memproses kotoran sapi dalam reaktor biogas di halaman rumahnya.