Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bekerjasama dengan Yayasan Sedulur Pena (YSP) pada Rabu (14/8/2019) menyosialisasikan keamanan dan keselamatan jalur pipa minyak Lapangan Banyuurip ke pemangku kebijakan Kabupaten Tuban di Gang Guest Hotel & Resto Jl. Pramuka No.26, Sidorejo Tuban.
Hadir dalam sosialisasi SKK Migas Jabanusa, EMCL, Kalakhar, Security EMCL, Bappeda Tuban, Diskominfo, BPBD, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Perikanan dan Peternakan, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, PDAM Tirta Lestari, PLN, Telkom Indonesia, Dinas Perhubungan, Satpol PP, dan KPH Perhutani Tuban.
Dalam sambutannya Humas SKK Migas Jabanusa, Arif Abadil mengatakan kegiatan yang dilakukan EMCL dalam mengelola Lapangan Banyuurip merupakan tugas negara. Dalam forum ini kami ingin menyampaikan terkait pentingnya menjaga keamanan dan keselamatan jalur minyak.
"Asset ini merupakan milik negara, dan kami harapkan pemangku kebijakan di Tuban turut menjaga," tuturnya.
Lebih dari itu, jika terjadi ganguan atau kerusakan fasilitas Migas akan berdampak langsung kerugian negara. Dan itu tidak diharapkan SKK Migas.
SKK Migas juga berharap keberadaan faailitas Migas tidak mengganggu kegiatan Pemkab Tuban. Oleh karena itu, di forum ini diharapkan terjadi koordinasi dan saling memberi informasi lebih dini.
"EMCL merupakan pelaksana di lapangan dan SKK Migas berfungsi mengawasi kegiatan hulu Migas," terangnya
Perwakilan Bappeda Tuban, Ichwan S. menambahkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan peserta diskusi hari ini sangat diharapkan ikut serta menjaga fasilitas Migas yang ada di Bumi Wali.
Salah satu poinnya tidak ada aktifitas yang mengganggu di jalur pipa minyak. Mulai gali-gali, tanaman keras, hingga pembakaran di 12 meter sekitar pipa. Kalaupun ada kegiatan di dekat jalur pipa, minimal ada komunikasi lebih dini dengan EMCL.
"Sosialisasi harus digencarkan supaya OPD di Tuban tahu dan mengetahui posisi jalur pipa," harapnya.
Ichwan berharap kedepannya semua pihak bisa saling menjaga, dan mengamankan asset negara dengan cara komunikasi lintas dinas. Dengan harapan pasokan minyak nasional 30 persen dari Lapangan Banyuurip berjalan lancar.
Update sekilas Lapangan Banyuurip disampaikan oleh Humas dan Juru Bicara EMCL, Rexi Mawardijaya. Dimulai penjelasan Kapal FSO Gagak Rimang menampung 1,7 juta barel minyak. Di fasilitas ini tidak boleh ada api maupun foto pakai blits.
Di FSO ini dua hari sekali terjadi lifting. Bisa ekspor dan domestik. Sampai dengan saat ini sudah berjalan 471 kali lifting dengan aman. Itu sebuah prestasi Indonesia ekspor minyak dan menjamin transportasi laut yang aman.
"Keselamatan nomor 1 di FSO Gagak Rimang. EMCL terus berusaha memenuhi minyak untuk dalam negeri dan ekspor selama 121 tahun," imbuhnya.
Lapangan Banyuurip sendiri kontraknya sampai 2035. Sistemnya kontrak bagi hasil minyak dengan pemerintah. Target awal 165 ribu Bph dan sekarang sudah 220 ribu Bph.
Capaian sampai dengan bulan Juni 2019, di Lapangan Banyuurip tidak ada insiden yang serius. Gangguan kelancaran produksi cuma 1 persen, itupun digunakan saat perbaikan.
Perlu diketahui pula, 1 barel minyak sama dengan 159 liter dan untuk memproduksinya butuh 2,2 dolar atau setara Rp30 ribu. Murahnya produksi tersebut karena 45 sumur dari tiga tapak sumur terdiri 15 sumur injeksi dan 30 sumur produksi berada di satu lokasi.
"Listrik yang dipakai di Lapangan Banyuurip merupakan dari gas yang dihasilkan bersama minyak," terangnya.
Selain ditugasi untuk mencari minyak, EMCL juga berkewajiban program masyarakat. Tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Program CSR fokus pada kesehatan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat lebih baik. Bukan menggantikan program pemerintah, tapi lebih pada stimulan.
Seiring berjalannya diskusi, beberapa dinas intens memberi masukan kepada EMCL. Sinergi ini dibangun untuk saling singkronisasi program, demi keamanan dan keselamatan fasilitas Migas di Kabupaten Tuban kedepannya. [ali/ito]