Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Jumat (21/6/2019) siang kemarin, sejumlah warga RT 08 Dusun Gambor, Desa Jegulo, Kecamatan Soko, dibuat panik oleh getaran yang memunculkan retakan sekitar lingkungan rumah.
Tercatat ada 11 rumah pada lingkungan tersebut, rata merasakan hal yang sama. Hal itu juga dibenarkan oleh Ngatiman (55), warga setempat.
"Sudah tiga hari kemarin kejadiannya. Pas itu lagi nggak dirumah, tahunya ada tetangga yang nyuruh pulang. Ketika pulang, memang benar. Tanah banyak yang membumbung dari asalnya, banyak bagian tanah yang retak," ujar Ngatiman sembari mengingat kejadian itu.
Ditambahkannya lagi, kemungkinan hal itu dampak dari aktivitas pekerjaan alat berat perusahaan Pertamina Hulu Energi (PHE), yang berada sekitar 200 meter di samping rumahnya.
Ia mengaku, selama 35 tahun tinggal di rumah yang jauh dari kata bising, tak pernah ia temui kejadian seperti ini. Hanya saja, setiap musim kemarau ada sedikit pergerakan tanah sekitar lingkungannya. Lebih tepatnya berada di lahan pertanian dan pekarangan pohon jati.
"Dari perusahaan sudah mencarikan tempat tinggal sementara. Sekarang tinggal di kontrakan rumah warga, sekitar 1 kilometer dari rumah saya," jelas bapak tiga anak itu.
Jika siang hari, Ngatiman masih beraktivitas seperti biasa, bertani dan menghuni rumah dekat lahan taninya. Namun, ketika sore dan malam hari, ia sudah pulang ke rumah kontrakannya.
Ditambahkan warga lain dari RT 28, Dusun Gambor, Amin mengaku bahwa saat kejadian, warga sekitar langsung kompak berkumpul dan menghentikan aktivitas kerja alat berat.
"Warga saat itu langsung menyetop pekerjaan, karena takut ada kejadian yang tidak diinginkan," paparnya.
Sementara itu, Supervisor Wellsite Construction WMA-1, Anton saat dijumpai blokTuban.com di sekitar lokasi kerja juga membenarkan adanya peristiwa itu.
"Jumat siang kejadian, pagi padahal nggak ada apa-apa. Saat itu pekerjaan istirahatnya pukul 11.30 sebelum Salat Jumat, sesudah Jumatan kok tahu-tahu sudah ramai," buka Anton kepada blokTuban.com, Minggu (23/6/2019).
Soal retakan tanah itu, pihaknya tak bisa memastikan apa benar penyebabnya dari dampak getaran alat berat, atau peristiwa periodik yang selalu terjadi di musim kemarau khusus wilayah sekitar, atau bahkan keduanya.
Hanya saja, saat itu pihaknya langsung sigap menanggapi apa saja yang dibutuhkan warga terdapat getaran sehingga memunculkan retakan di banyak titik.
"Sudah ada relokasi sendiri, langsung ditangani. Sampai sekarang ini, meskipun libur nggak ada pekerjaan masih ada monitor berkelanjutan," ungkapnya.
Di samping itu, berapa luasan dampak retakan masih belum bisa ditentukan. Untuk berjaga dan mengantisipasi kejadian tak terduga, warga yang berdampak paling parah telah disewakan rumah kontrakan yang lebih aman juga layak.
"Iya, saat itu pekerjaan langsung dihentikan. Sebab ada banyak pergerakan di lokasi, kita gak bisa menilai dari mana asal datangnya. Untuk itu, dari perusahaan telah mendatangkan ahli geologi dari UGM. Soal hasil, belum bisa disimpulkan. Tapi 2 atau 3 hari kedepan, mereka akan balik ke lokasi," pungkasnya panjang lebar. [feb/lis]