Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Indonesian Disaster Energency Response Unit (I-DERU) Provinsi Jawa Timur selama dua hari 27-28 April 2019 menggelar kegiatan sharing session dan pelatihan scuba diving yang dipusatkan di Universitas Sunan Bonang (Unang) Kabupaten Tuban.
Adapun tujuan dari kegiatan diakhir pekan ini, untuk meningkatkan kapasitas para relawan dalam menghadapi pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana.
Ketua panitia Pran Supriadi mengatakan, di tahun 2019 bencana yang bersifat hidrometeorologi lebih sering terjadi di wilayah Jatim termasuk Kabupaten Tuban. Hal ini karena Jatim yang sangat berpotensi ancamannya tinggi.
"Kejadian bencana yang melanda wilayah kita harus jadi pelajaran dan bahan evaluasi, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak begitu besar. Salah satu upaya mengurangi resiko bencana dengan melakukan mitigasi bencana," ucap Pran kepada blokTuban.com, Minggu (28/4/2019).
Dijelaskan dalam UU Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana pada Pasal 33 dusebutkan penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri dari tahap pra, saat tanggap darurat, dan pasca bencana. Selama ini pemahaman yang ada di sebagian besar masyarakat, bahwa upaya penaggulangan bencana hanya terjadi saat bencana.
Padahal sebagaimana dijelaskan sebelumnya, upaya pengurangan resiko bencana merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan mulai tahap sebelum, saat terjadi dan setelah bencana terjadi.
"Oleh karena itu dengan adanya kegiatan ini, relawan penanggulangan bencana semakin mahir dan kompeten dalam menanggulangi bencana," terang pria humanis itu.
Pada kesempatan yang sama, Ketua I-DERU Pusat Jakarta, Febry Yoga menambahkan tren bencana di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data menunjukkan pada 2018 jumlah kejadian bencana sebanyak 2.572, dan telah mengakibatkan korban manusia sebanyak 4.814 meninggal dan hilang.
"Ada 21.064 luka-luka, dan 10,2 juta orang mengungsi serta jumlah kerugian lebih dari Rp100 triliun," terang Febry.
Dengan memahami resiko, maka kita dapat mengetahui hal apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas sehingga resiko tersebut bisa diperkecil. Konsep pentahelix adalah solusi.
Ada lima pihak yang harus diajak serta. Unsurnya terdiri atas ABCGM, akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media. Kata kuncinya tetap sama, gotong royong yang merupakan implementasi dari sila Pancasila.
"Menjadi relawan atau pejuang kemanusiaan adalah pilihan yang sangat mulia. Namun perlu diingat jadi relawan bukan hanya modal keikhlasan saha, tapi diperlukan kompetensi untuk menanggulangi bencana," imbuhnya.
Dalam peraturan Kepala BNPB Nomor 17 tahu 2011, prinsip kerja relawan meliputi, cepat dan tepat, prioritas, koordinasi, berdaya dan berhasil guna, transparansi, akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, non diskriminasi, tidak menyebarkan agama, kesetaraan gender, dan menghormati kearifan lokal.
Adanya koordinasi yang lebih baik, maka sudah pasti upaya penanggulangan bencana akan berjalan dengan lebih baik. Sekaligus tidak terkesan parsial dan yang penting adalah tidak akan terjadu salah oaham antar pihak yang berupaya membantu dalam kegiatan penanggulangan bencana.
Sebagai catatan, Sharing Session dan Pelatihan Scuba Diving disupport oleh PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, PT Semen Indonesia Tbk, Ubjom PJB PLTU Tanjung Awar-awar, PT Semen Indonesia Logistik (Silog), dan PT Wings Food Group. Selain itu, dari BPBD Kabupaten Tuban, dan Rektor Unang Tuban. [ali/ito]
I-DERU Gelar Sharing Session dan Pelatihan Scuba Diving di Tuban
5 Comments
1.230x view