Reporter: Khoirul Huda
blokTuban.com - Keluarga Mbah Rasimah (70) yang berada di RT/1 RW/1 Dusun Trowulan, Desa Bektiharjo, Kecamamatan Semanding, Kabupaten Tuban hingga saat ini masih bertahan memproduksi camilan dari tanah liat atau yang dikenal dengan sebutan Ampo.
Meski peminatnya tidak seperti pada tahun-tahun yang lalu. Namun, satu keluarga ini tetap bertahan memproduksi ampo hingga generasi ke lima. Dengan alasan turun temurun dari keluarga sekaligus sebagai tambahan penghasilan ekonomi keluarga.
Menurut Sarpik (40), yang tidak lain merupakan anak dari Rasimah mengatakan, bahwa produksi ampo ini sudah dilakukan secara turun-temurun yakni dari zaman Belanda dulu, dan kini keluarga yang memproduksi ampo sudah dilakukan generasi ke lima.
"Sekarang yang masih produksi ampo tinggal ibu dan saya, saya sudah generasi ke lima," kata Sarpik saat ditemui di kediamanya, Senin (21/1/2019).
Menurut Sarpik, selain memproduksi ampo keluarganya juga bertani padi di lahan yang disewanya. Bahkan, tanah liat yang digunakan untuk bahan dasar ampo tersebut juga diambil saat musim kemarau di sawah yang disewanya tersebut.
"Kami sewa sawah 2 juta dalam setahun. Saat musim kemarau tanah liatnya diambil untuk produksi ampo sedangkan pada musim penghujan ditanami padi," imbuh Sarpik di sela-sela pengasapan ampo.
Dia mengaku, jika cuacanya cerah dalam sehari bisa memproduksi ampo siap makan hingga 8-12 kilogram dengan harga jual Rp10.000 perkilogram. "Jika cuaca panas, pengasapanya tidak terlalu lama seperti saat musim penghujan," tandas ibu lima anak tersebut.
Berdasarkan informasi yang dihimpun blokTuban.com, tanah liat untuk bahan dasar ampo sendiri diambil dari Sawah Ngajaran, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding karena tekstur tanah liatnya bagus dan berwarna hitam.[hud/ito]