Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Melambungnya harga tanaman umbi-umbian jenis Singkong, menyebabkan para pedagang olahan tanaman ini terpaksa libur produksi.
Penuturan beberapa pedagang olahan singkong di Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, mahalnya harga Singkong tersebut lantaran minimnya stok.
"Memang mahal. Sekarang saja malah sulit dibeli, soalnya barangnya hanya sedikit. Kalau barang kososng, ya terpaksa kadang nggak dagang," papar Mak Tun (46), pedagang olahan gethuk di sekitar perempatan Jalan Losari-Sokosari.
Tak jarang keaadaan demikian memaksanya untuk libur sejenak, tak berdagang dalam waktu beberapa hari. "Bahannya (singkong Red*) susah-susah gampang, tapi banyak susahnya," imbuhnya.
Ditambahkan lagi oleh Ansori (35), salah satu pedagang Singkong Keju asal Desa Sandingrowo, Kecamatan Soko, harga di pasaran umum area Jawa Timur dan Jawa Tengah hampir kejar-kejaran.
"Harganya sekarang mahal. Jika dikalkulasikan, per kilogram (Kg) sekitar Rp5.000," katanya.
Harga itu, sambung Ansori, termasuk mahal jika dibandingkan dengan harga sebelumnya. Pada kurun waktu awal hingga pertengahan tahun 2018 lalu, tanaman singkong segar dari kebun petani hanya dibanderol antar Rp1.000 hingga 1.600 perkilogram.
Kalangan pengusaha olahan singkong sudah terbiasa membeli dengan paket borongan, yang dihitung per kemasan karung. Adapun jika harga tersebut ditawarkan ke para petani singkong di sekitar wilayah Kabupaten Tuban, kemungkinan besarnya hanya soal kualitas bahan.
"Sama, di Tuban ya sedikit. Kalau borongan, hitunganya juga ke kualitas. Tapi ya begini keadaannya sekarang, sering libur karena nggak ada stok," ungkapnya.
Selain itu, dia juga berupaya membangkitkan gairah para petani atau pekebun untuk melihat prospek tanaman Singkong yang tak lagi bisa dipandang sebelah mata.
"Stoknya kosong, otomatis libur. Kemarin saja sekitar pergantian tahun baru, sempat libur 10 harian. Kalau sekarang masih repot cari channel penjual," pungkasnya kepada blokTuban.com, Jumat (11/1/2019). [feb/lis]