Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Fase akhir periode kemarau masih bergulir di pertengahan bulan Oktober 2018 ini. Beberapa wilayah kecamatan juga masih terikat dalam zona kekeringan, sebab kemarau terik telah menyusutkan sumber mata air penghidupan sebagian besar warga Kabupaten Tuban.
Tak ada aktivitas warga yang berkesan pada musim kemarau yang begitu ekstrim ini. Hanya saja, pemandangan ramai orang berbondong ke suatu titik demi mengantre air, hal itu jadi rutinitas di pagi, siang dan sore hari, bahkan hingga larut malam secara terus menerus.
Seperti halnya yang terlihat pada Minggu (14/10/2018) sore di tepian jalan Dusun Dawung, Desa/Kecamatan Grabagan, Tuban yang tengah dilakukan proyek perbaikan jalan.
Uniknya, warga sekitar Dusun Dawung itu berkumpul tak berada di lokasi sumur maupun sumber mata air, melainkan di lokasi pipa air yang sedang bocor sebab terkena galian alat berat jenis back hoe.
"Ini, kita sedang ambil air untuk dibawa pulang ke rumah. Pipa airnya kan bocor, pas keluar airnya. Jadi kita manfaatkan saja untuk menampung sedikit-sedikit," ungkap Tini (50), salah satu warga yang sedang antre air di pipa PDAM yang bocor.
Bukan maksud hati ingin mengurangi jatah bagian air yang sedang mengalir ke rumah-rumah warga, sambung Tini, akan tetapi lebih pantasnya memang memanfaatkan keadaan yang ada. Sebab, telah lama dia dan warga sekitar tak mendapat jatah aliran air yang sewajarnya dari pihak pengelola.
Tercatat lebih dari satu minggu, semenjak proyek galian pelebaran jalan desa setempat berlangsung, warga semakin menderita sebab perihal air yang makin minim diedar ke rumah-rumah warga.
Warga lain, Sadik (70) menambahkan, dalam urusan kekurangan air yang dialami sebagian besar warga Desa Grabagan, petugas PDAM lah yang dituding lalai dalam pekerjaan. Entah itu pelayanan umum, sosialisasi masyarakat, maupun pemberlakuan aturan tarif.
"Sudah satu bulan lebih keadaan kita di sini kekeringan. Yang aneh lagi air jarang keluar tapi bayarnya kok malah mahal," ujarnya.
Dari hal itu, banyak warga desa menyesalkan keadaan tersebut. Air yang harusnya cukup untuk diedar ke rumah-rumah warga, sebab telah ada pengelolaan terstruktur, malah memberatkan warga akan kebutuhan pokok tentang air.
"Kalau gak keluar air? Ya kita beli di mobil tandon, tapi harganya ya lumayan," jawab Saduk ketika ditanya blokTuban.com tentang apa yang dilakukan ketika air tak beredar sama sekali. [feb/rom]