Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Munculnya budaya beserta tren masa kini agaknya diimbangi dengan pemahaman budaya sendiri, yakni budaya tradisional yang turun temurun diwarisi oleh para leluhur nenek moyang kita dari waktu ke waktu. Dalam pembagiannya sendiri, budaya memiliki beragam jenis corak yang mana satu diantara lain juga memiliki perbedaan mendasar, seperti halnya seni Ketoprak.
Ditarik dari sejarahnya, pertunjukan Ketoprak biasanya mempresentasikan cerita-cerita, sejarah, serta kisah legenda masa lalu dengan kemasan murni tradisional, baik kostum, setting, serta dialek kebahasaan yang digunakan oleh para aktor yang dipunggawai oleh seorang pimpinan sutradara. Namun demikian, dewasa ini seni pertunjukan tersebut mulai pesat digerus oleh hiburan-hiburan rakyat semacam dangdut, hiburan musik, serta budaya-budaya kekinian yang dicomot entah dari mana asalnya dengan transisi gubahan pengantar modernisasi sehingga dapat diterima baik oleh generasi milenial ini.
Demikianlah sedikit momok yang mengganjal dihati dan pikiran Mbah Basuki, seorang pegiat seni tradisional Ketoprak di Desa Wadung, Kecamatan Soko. Secara tak langsung dia mengakui, bahwa pergeseran budaya semakin ditekan oleh segala pernik yang dimunculkan arus globalisasi. Dari sanalah gagasan untuk terus melestarikan budaya kepada khalayak umum, khususnya kepada remaja usia sekolah di sekitar Kecamatan Soko.
"Sasaran kita untuk belajar ketoprak adalah pelajar. Eman kalau gak ada yang uri-uri budoyo," kata Mbah Basuki dalam kesempatannya ditemui blokTuban.com.
Mantan bendahara Desa Wadung itupun mengajak anak-anak desa untuk berproses bersama, memahami alur cerita, penokohan, serta dialek Jawa masa lalu yang saat ini tak cukup diketahui oleh masyarakat umum.
"Gerilya budaya kita lakukan dengan pentas di wilayah sekitar Tuban sendiri. Meskipun hasilnya tak seberapa, paling tidak bisa menumbuhkan lagi kecintaan masyarakat kepada seni Ketoprak Mas," terang pimpinan seni Ketoprak Wahyu Budoyo itu.
Selebihnya, besar harapan Mbah Basuki untuk kelangsungan seni budaya tersebut, pemerintah daerah, entah itu dari lingkup desa, kecamatan, ataupun Pemerintah Kabupaten Tuban hendaknya memiliki andil melestarikan identitas lokal itu.
"Ini juga disebut seni tradisi, sudah dari dulu turun temurun. Untuk mengangkat potensi lokal dan kelestarian budaya, paling tidak wilayah sendiri juga harus memberi porsi. Seperti tampilan pas Agustusan di Kecamatan misalnya," pungkasnya. [feb/ito]