Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Meski saat ini memasuki musim kemarau, namun warga sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo di Desa Simo, Kecamatan Soko masih was-was. Sebab, sudah hampir setengah tahun yang lalu bagian tanah bengawan terus digerus longsor dibawa aliran air hujan musim lalu.
Dari pantauan blokTuban.com di lokasi desa yang berseberangan dengan wilayah kabupaten tetangga, yakni Bojonegoro, tanah sepanjang 400 meter lebih dengan ketinggian sekitar 5 meter dibantaran Bengawan dekat pemukiman warga terus berjatuhan dan ambles.
"Kalau hujan deras pas musim hujan kemarin, lihatnya ngeri. Air mengalir seperti sungai lewat menerjang rumah. Kadang, kamar juga terendam air," ujar warga sekitar Bengawan, Samponah mengingat musim penghujan lalu yang datang bagai bandang, Senin (16/7/2018).
Bukan masalah hujan kemarin yang segera ditepis oleh berbagai bencana lain, terlebih lagi yang dikhawatirkannya bilamana datang hujan dadakan tiba-tiba mengguyur, tak bisa dibayangkan hal apa saja yang bakal dialami oleh Samponah berikut puluhan Kepala keluarga (KK) yang bermukim dekat Bengawan.
"Kalau saat ini bisa aman sepertinya. Nggak tahu kalau ada hujan deras mendadak. Musimnya juga gak tentu," imbuhnya sembari bersantai di teras depan rumah dengan suasana teduh berhias pohon bambu yang sebagian banyak condong ikut longsor ke bawah Bengawan.
Dalam kesempatan dan juga lokasi yang sama, Kepala Desa (Kades) Simo, Ahmad Hadi mengaku telah mengajukan beberapa pertimbangan bantuan kepada instansi beserta pihak terkait keadaan tersebut. Sejak kejadian tenggelamnya seorang bocah di sungai terpanjang di Pulau Jawa, yang otomatis berdatangan juga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban beberapa waktu lalu, pihaknya telah mengusulkan pembenahan tanggul disana.
"Pihak desa sudah melaporkan keadaan ini ke BPBD, mungkin dalam proses. Selama ini memang tak begitu masalah, tapi kalau belum juga diantisipasi takutnya kalau musim hujan datang lagi bisa jadi tambah parah longsornya. Kasihan warga sekitar," ulas Kades Simo panjang lebar.
Pihaknya hanya bisa berharap supaya pemerintah terkait bisa melakukan tindakan yang bersifat antisipatif. Tak menunggu adanya sebuah korban materi, bahkan korban jiwa, baru digagas dengan sigap.
"Sungai di sini dalamnya bisa sampai lima belas meter lebih. Itu terbukti ketika BPBD beberapa waktu lalu ke sini mengevakuasi bocah tenggelam. Tak bisa dibayangkan kalau tanah bengawan di atas sana ikut ambrol waktu hujan," ujarnya. [feb/col]