Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Siang di bulan Juni 2018 ini menjadi sangat pengap sebab lalu lalang kendaraan bermotor memadati jalan raya sekitar Pertigaan Ponco, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban.
Nampak ratusan kendaraan sedang hilir mudik dari tiga sisi segitiga penghubung antar wilayah itu. Sesekali suara peluit ditiup oleh petugas penyebrangan jalan di Pertigaan Ponco, guna mengatur lalu lintas (lalin) dari arah utara dan timur pertigaan.
Ya, hanya seorang petugas penyeberangan yang ingin membantu melancarkan arus jalan, menyeberangkan pengguna jalan, dan mengatur serta memperingatkan kendaraan agar menurukan kecepatan.
Adalah Mas We (38), yang rela mengatur jalanan di sana mulai pagi pukul 08.00 hingga sore pukul 16.00 Wib menjelang malam. Sudah setahun ini lelaki asal Desa/Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro ikut terjun lapangan, membantu kakaknya secara bergantian mengatur lalin pertigaan Ponco tanpa upah maupun gaji pasti dari pihak bersangkutan.
"Ya, kerja begini hanya pengguna jalan saja yang memberi seikhlasnya. Kalau instansi atau pihak lain ya enggak lah," ujar lelaki telah berkeluarga dan memiliki tiga orang anak itu.
Dari niat awal, kata dia, kerja apapun akan dilakukan asalkan halal, dan memberi berkah yang cukup bagi dirinya untuk menafkahi keluarga. Tak ada niatan lain selain tulus bekerja bergantian dengan kakaknya yang berasal dari salah satu desa di Kecamatan Singgahan.
Dalam aktivitasnya, dia bekerja sebagai pengatur lalin dan menyeberangkan pengguna jalan hanya berkisar tiga hari saja. Hari berikutnya digantikan oleh kakaknya.
"Kalau masalah pendapatan, ya lumayan sih. Dicukupkan saja untuk kebutuhan sehari-hari," imbuh Mas We yang juga bekerja sebagai Linmas di kampung halamannya.
Rata-rata pendapatan yang dia peroleh dari pemberian pengguna jalan yang dia seberangkan berkisar antara Rp75.000 hingga paling banyak Rp100.000 per hari. Pendapatan itu selalu dia syukuri, mengingat keluarga di desa menanti juga tiga anaknya yang harus dicukupi kebutuhannya.
Kepada blokTuban.com petugas pengatur jalan yang juga merupakan eks anggota dari salah satu LSM di wilayah Kabupaten Bojonegoro itu berkisah tentang suka dukanya bekerja di sana. Tak sedikit para pengguna jalan yang justru membingungkan. Niat baik ingin menyeberangkan supaya aman, malah sebaliknya dia dapatkan.
Pengguna jalan berkendaraan roda empat yang mau diseberangkan malah canggung dan kadang tak mengerti jika dirinya mau diseberangkan supaya aman.
"Lumayan banyak lah pengalaman di sini. Lucunya itu pas pengguna jalan mau diseberangkan malah marah-marah dan ngomel. Padahal niatnya biar selamat," kisahnya.
Dari sekian itu, dia juga tak menutup diri. Dia telah meminta izin kepada pihak bersangkutan, yakni Kepolisian Sektor (Polsek) Parengan untuk melibatkan diri mengatur pengamanan jalur tengah.
Terkait hal itu, dia mendapatkan apresiasi beserta tanggapan positif dari Polsek. Niat baiknya didukung oleh pihak keamanan setempat selagi bermanfaat dan berguna bagi masyarakat umum.
"Alhamdulillah dari Polsek pas beberapa waktu lalu minta izin juga diberi tanggapan bagus dan diperbolehkan," tukas pemilik nama asli Wito itu kepada blokTuban.com. [feb/rom]
Bantu Lalin, Pria Ini Dapat Upah dari Pengguna Jalan
5 Comments
1.230x view