Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Sumber mata air sangatlah berharga bagi kehidupan masyarakat umum, khususnya petani. Makmurnya kehidupan petani, tak bisa terlepas dari olah lahan yang membutuhkan air. Adanya sebuah sumberan atau Sendang, terdapat sebuah harapan kelangsungan petani.
Di Desa Wadung, Kecamatan Soko terdapat sebuah Sendang yang airnya terhitung cukup digunakan warga setempat guna mengairi sawah padi milik mereka. Kendati demikian, sumber mata air yang dijuluki sebagai Sendang Brubulan itu lambat laun terus mengecil pancaran airnya.
Penuturan warga setempat, Sendang yang berada di atas dataran tinggi utara wilayah Soko itu dulunya memiliki air yang melimpah ruah. Aliran sumber yang muncul pun bisa mengairi desa-desa sekitar Wadung.
"Ketika itu, air dari Sendang ini sangat besar sumbernya. Nggak hanya Desa Wadung, aliran Sendang sangat cukup untuk dialirkan sampai ke Desa Tluwe," ucap Sarwi (45) penduduk asli Desa Wadung.
Melimpahnya air yang memancar dari titik sumberan yang kini diberi pembatas berupa pagar dan jaring-jaring besi itu, dulunya sampai meluber. Jika digunakan untuk berenang anak-anak usia 7 tahunan, bisa terseret arusnya. Warga dan petani sekitar sampai kewalahan mengelolanya.
Kendati demikian, kisah itu terjadi sekitar 35 tahunan yang lalu. Memasuki musim kemarau 2018 ini, air dari Sendang pengharapan para petani desa setempat terus mengecil. Tak jarang sawah-sawah petani di Desa itu mengalami kering di bagian tanah yang ditanami padi.
"Repotnya sekarang ini. Kalau dulu airnya banyak, sampai warga kewalahan, sekarang terus mengecil," tambah petani itu kepada blokTuban.com.
Perubahan pesat aliran Sendang Brubulan ditengarai terjadi sekitar 3 sampai 4 tahunan yang lalu. Air dari Sendang disedot menggunakan mesin diesel untuk diarahkan ke desa di Kecamatan Grabagan. Sejak saat itu, pasokan air yang biasanya sangat mencukupi kebutuhan petani di Wadung, sekarang ini malah terjadi kekurang.
"Pemerintah desa juga sudah mengupayakan air untuk petani, dengan cara mengebor sumber lain dekat sini. Tapi ya begitu, masih saja tak cukup buat mengairi sawah pas kemarau begini," pungkasnya. [feb/ito]